Warga melintasi sisa lokasi kebakaran di Tambora, Jakarta, 28 September 2015. Penolakan korban yang kehilangan rumah dalam kebakaran sebagai bentuk reaksi atas pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang akan merelokasi warga ke rusun. TEMPO/Subekti.
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah kebakaran di Tambora, Jakarta Barat, pengungsi diserang sejumlah penyakit. Kepala Puskesmas Jembatan Besi Vivi Savitri mengatakan kebanyakan pengungsi yang memeriksakan kesehatannya terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan diare.
"Pengaduan lebih didominasi ISPA dan diare meskipun belum banyak, bahkan tidak sebanyak sebelum kebakaran," kata Vivi, Senin, 28 September 2015.
Meski masih sedikit, Vivi mengatakan akan bersiap jika warga yang mengidap ISPA meningkat. ISPA dan diare, kata dia, rata-rata dialami oleh orang dewasa. "Untuk sementara ini saya mau fokus untuk yang berkebutuhan khusus, seperti lansia dan bayi," kata dia.
Vivi menjelaskan kebanyakan lansia mengalami darah tinggi karena stres. Sementara untuk bayi, kata dia, kendalanya hanya minimnya susu formula dan popok bayi. "Susu formula sampai saat ini belum ada stoknya, kecuali MPASI yang selalu tersedia. Semoga besok sudah ada persediaan," kata dia.
Kebakaran terjadi pada Sabtu, 26 September 2015, melanda RW 04, Jembatan Besi, Tambora, sekitar pukul 19.00. Api yang menghanguskan 111 rumah tersebut berhasil padam setelah 36 unit pemadam kebakaran dikerahkan ke lokasi kejadian. Sebanyak 729 jiwa diungsikan ke tiga titik pengungsian.
Sudin Jakarta Pusat Beri Bantuan Tenda Darurat, Selimut, dan Makanan Korban Kebakaran
13 hari lalu
Sudin Jakarta Pusat Beri Bantuan Tenda Darurat, Selimut, dan Makanan Korban Kebakaran
Dinas Sosial DKI Jakarta melalui Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat menurunkan bantuan berupa tenda darurat, selimut, dan makanan kepada korban kebakaran.