Tak Punya Meja Kursi, Siswa SD Terpaksa Lesehan
Editor
Grace gandhi
Selasa, 23 Februari 2016 04:44 WIB
TEMPO.CO, Bekasi - Sedikitnya 101 siswa sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri Margajaya I dan II, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi, terpaksa belajar sambil lesehan karena tak memiliki sarana meja dan kursi. Kondisi ini sudah terjadi sejak tahun lalu akibat tak terserapnya anggaran di Dinas Pendidikan untuk pengadaan meubel.
Berdasarkan pengamatan Tempo, yang tak memiliki prasarana belajar tersebut di antaranya SDN Margajaya II, kelas IV dengan jumlah 36 murid dan kelas V sebanyak 25 murid. Adapun di SDN Margajaya I sebanyak 40 siswa kelas VI.
Hal ini sangat ironis. Sebab, bangunan sekolah tersebut terbilang cukup bagus. Gedung SDN Margajaya II dan I tampak megah, berlantai dua dan berwarna hijau. Bangunan ini terakhir direnovasi 4 tahun yang lalu sehingga bila dilihat dari luar sungguh tak mungkin bila sekolah itu tak memiliki meja dan bangku.
Siswa kelas V, Ivan, mengaku cukup terganggu dengan suasana belajar tanpa meja dan kursi. Karena itu, dia bersama sejumlah pelajar lain membawa sendiri meja portabel dari rumahnya untuk menunjang kegiatan belajar. "Capek belajar di bawah karena membungkuk," kata Ivan. Selain itu, konsentrasinya sering buyar ketika menerima pelajaran.
Karena itu, Ivan berharap, pemerintah daerah segera merealisasikan janjinya untuk memberi siswa bangku dan meja untuk belajar. Dengan demikian, para siswa bisa belajar dengan nyaman dan fokus dengan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. "Inginnya seperti anak-anak yang lain," kata Ivan.
Salah satu guru di sekolah tersebut, Sumarni, mengatakan selalu memotivasi agar anak didiknya tetap bersemangat belajar meskipun tak ada meja dan kursi. Ia tak mempermasalahkan para siswa belajar dengan caranya sendiri asalkan mereka tetap nyaman. "Ada yang tiduran, ngedeprok, enggak masalah," katanya. "Asal jangan ketiduran."
Sumarni mengatakan, untuk memberikan rasa nyaman, sekolah sempat meminjam tikar ke sejumlah orang tua siswa agar siswa tidak kedinginan. Namun upaya itu cukup merepotkan karena pihak sekolah harus mengembalikannya setiap hari. "Pagi mengambil, kalau sore dipulangkan," ujarnya. "Lama kelamaan, diputuskan belajar dengan fasilitas seadanya."
Kepala Bidang Bina Program Dinas Pendidikan Kota Bekasi Agus Enap mengatakan belum adanya prasarana itu lantaran Dinas gagal menyerap anggaran sebesar Rp 31 miliar pada 2015. "Karena terkendala waktu penyerapan yang mepet," kata Agus.
Karena itu, menurut Agus, pemerintah kembali menganggarkan untuk pengadaan prasarana senilai Rp 21 miliar. Sayangnya, uang yang disiapkan tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan 34.120 pasang meja dan 853 kursi bagi siswa sekolah dasar.
ADI WARSONO