Ada Uber, Penghasilan Sopir Taksi Resmi Turun 50 Persen
Editor
Clara Maria Tjandra Dewi H.
Senin, 14 Maret 2016 11:42 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Para sopir taksi mengeluhkan penghasilan mereka merosot tajam semenjak layanan angkutan pelat hitam yang difasilitasi perusahaan aplikasi transportasi online menjamur di DKI Jakarta.
Winarto, seorang sopir taksi di perusahaan taksi Bluebird Group, mengatakan penghasilan mereka turun hingga 50 persen. "Sekarang cari uang seratus ribu susahnya minta ampun," kata Winarto saat berdemonstrasi di depan Balai Kota, Senin, 14 Maret 2016.
Sebelum ada Uber Taxi dan Grab Car, Winarto dan rekannya sesama sopir taksi bisa mengantongi uang mencapai Rp 200 ribu per hari. Setelah ada Uber Taxi dan Grab Car, sopir yang telah bekerja selama enam tahun itu hanya bisa mengantongi uang Rp 70 ribu.
"Kami memang juga punya aplikasi, tapi kami bayar pajak, mereka tidak," kata pria berusia 50 tahun ini.
Perbedaan harga yang ditawarkan layanan Uber Taxi dan Grab Taxi cukup signifikan dalam jarak yang sama. Winarto mencontohkan, dari pusat Jakarta menuju Bandara Soekarno-Hatta, taksi resmi akan menarik tarif sebesar Rp 150 ribu-170 ribu. Sedangkan Uber Taxi dan Grab Car menawarkan tarif jauh dari taksi resmi, yakni Rp 80 ribu.
Padahal, kata Winarto, taksi resmi telah mengantongi izin trayek, izin usaha, dan izin dari Kepolisian dan Dinas Perhubungan, serta membayar pajak. Sedangkan Uber Taxi dan Grab hanya membayar pajak surat tanda nomor kendaraan. "Enak banget mereka bisa promo dan pasang harga suka-suka," ujarnya.
Winarto mengatakan terkadang ia harus berputar-putar hingga 40 kilometer untuk mendapatkan satu penumpang. Pangkalan taksi Blue Bird dan fasilitas radio untuk memesan penumpang sudah mati sama sekali. "Idealnya, kalau muter 40 kilometer kami sudah dapat argo sampai Rp 100 ribu," katanya.
Hal yang sama juga dirasakan Khaerudin, 48 tahun, yang telah bekerja sebagai sopir taksi selama empat tahun di perusahaan taksi Express Transindo Utama. Semenjak hadirnya layanan pesan transportasi online, penghasilannya turun drastis. Khaerudin bahkan pernah tidak membawa uang sama sekali. "Kadang-kadang kami nombok," kata Khaerudin.
Biasanya, Khaerudin bisa mengangkut tiga sampai empat penumpang. Namun, sejak ada Uber Taxi dan Grab Car, ia hanya bisa mengangkut satu penumpang. Kondisi ini sudah dirasakannya sejak akhir 2015.
LARISSA HUDA