Sejumlah warga menyalakan lilin dalam peringatan Hari Bumi 2016 di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, 19 Maret 2016. Hampir disetiap sudut warga dan komunitas di Kendari melakukan pemadaman listrik sebagai simbol hemat listrik. ANTARA/Jojon
TEMPO.CO, Depok - Wali Kota Depok Idris Abdul Shomad mengatakan peringatan Earth Hour bukan sekadar mematikan lampu selama satu jam. Namun ini merupakan kampanye hemat energi untuk menjaga keseimbangan dunia.
"Suhu bumi sudah naik 2 persen," kata Idris saat memperingati Earth Hour 2016 di Taman Lembah Gurame di Kelurahan Depokjaya, Kecamatan Cipayung, Sabtu, 19 Maret 2016.
Ia mengatakan setiap Maret kampanye Earth Hour dilakukan karena penggunaan AC kurang diperlukan. Sebab, pada saat itu, di beberapa belahan dunia, musim gugur datang setelah sebelumnya musim semi, seperti di Turki. Saat musim itu, Turki masih dingin. Karenanya, penggunaan AC harus dikurangi.
"Timur Tengah masuk perpindahan musim semi ke gugur," katanya.
Earth Hour merupakan ajakan untuk mematikan lampu dan perlengkapan elektronik yang tidak diperlukan. Bila hal ini dilakukan, masyarakat bakal menghemat energi dan menjaga lingkungan dari pemanasan global.
Tahun lalu, kendati hanya satu jam, anggaran sebesar Rp 240 juta bisa dihemat. Menurut dia, anggaran bisa dihemat lebih besar bila semua warga mengetahui dan mau menjalankan budaya hemat energi.
Yang tidak perlu menjalankan Earth Hour ialah rumah sakit, pabrik, dan orang hajatan. Sedangkan pusat perbelanjaan diimbau untuk memadamkan listriknya selama 1 jam sebagai bentuk keikutsertaan dalam sosialisasi hemat energi. "Dimulai dari diri sendiri. Kantor pemerintahan pun dimatikan listriknya," ucapnya.
Lebih dari 15 ribu pohon telah ditanam di 8 lokasi sepanjang tahun 2023 sebagai bagian dari program Telkomsel Jaga Bumi Carbon Offset. Selain itu, lebih dari 75 ribu pavement block dan 20 ribu phone holder diproduksi dari limbah plastik dan bekas cangkang kartu SIM melalui program Waste Management.