TEMPO.CO, Jakarta - Rumah-rumah tiga tingkat itu berbeda dari bangunan di sekitarnya. Warga menyebutnya sebagai rumah contoh Kampung Tongkol. Hunian ini beralamat di RT 07 RW 01 Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara, di tepi anak kali Ciliwung.
Bangunan terdiri dari empat petak rumah yang berdempetan. Lantai satunya berdinding susunan batu bata, tanpa diplester semen. Di tiap dinding tersebut, ada sebuah pintu untuk keluar-masuk penghuni rumah, dan sebuah tingkap.
Lantai dua dan tiga, bangunan ini didominasi bahan bambu dan kayu. Uniknya, hanya ada satu tangga untuk empat petak rumah. Letaknya di bagian belakang. Mereka juga berbagi kamar mandi. "Rumah ini memiliki konsep sharing ruang di lahan sempit," kata Kamil Muhammad di lokasi rumah contoh itu, Sabtu, 23 April 2016.
Kamil adalah salah satu arsitek yang mendesain rumah tersebut. Kamil dan enam kawannya merancang rumah empat petak di atas tanah 8,5 x 4,5 meter. Walhasil, berdirilah sebuah rumah dengan luas 2,8 x 4,5 meter dan tiga petak lainnya masing-masing berukuran 1,7 x 4,5 meter.
Tanah di sekitarnya masih jembar. Namun, hunian di sana harus berdiri dengan jarak lima meter dari kali. Sedangkan tanah di belakang rumah milik Kodam Jaya. Di halaman belakang juga berdiri tembok sisa benteng.
Warga yang menempati gedung itu bersedia berbagi tangga dan kamar mandi agar tak memakan banyak tempat. Menurut Kamil, rumah di atas tanah tersebut awalnya sudah nyaris rubuh. Bahannya hanya kayu dan lembaran tripleks. "Sudah nggak layak, jadi kami robohkan," kata anggota komunitas Arsitektur Swadaya dan Fasilitasi ini.
Namun, material kayu-kayu bekas tersebut dipakai lagi. Misalnya, menjelma rangka lantai. Tangga kayu yang terpasang sekarang juga bekas bangunan aslinya. "Banyak barang-barang sisa. Bambu yang berlebih misalnya, dijadikan kisi-kisi pintu dan jendela," ujar Kamil.
Penggunaan kayu dan bambu juga dipilih karena mereka ingin menjadi rumah contoh yang ramah lingkungan. "Alasan teknisnya agar memperingan beban," kata pemuda 31 tahun ini. Bukti lain dari ramah lingkungan adalah adanya got di depan rumah. "Pemakaian phase septic tank adalah komponen yang mengarah ke lingkungan yang lebih baik."
Angin bisa masuk melalui celah kayu dan bambu. Atap tak memakai bahan seng, melainkan berbahan plastik dan baja sehingga ruangan jadi lebih adem.
Rumah ini dibangun sejak Oktober 2015 hingga Januari 2016. Proses pendirian bangunannya sudah selesai. "Tapi secara konsep yang lebih luas, masih terus bergerak," ujar Kamil. Misalnya, tanaman di halaman rumah terus bertambah. Jalanan pun masih butuh perbaikan.
Rumah contoh ini juga menganut sistem partisipatif. Waktu pengerjaan awal, kata Kamil, warga di sekitar rumah turut membantu membongkar bangunan asli. "Karena bahannya bambu, kami mengundang kawan-kawan ahli bambu dari Bandung. Kami sekaligus mengadakan workshop dan mengerjakan bambu itu bersama-sama warga," kata Kamil. Mulai dari cara pengawetan bambu hingga pemasangan.
Gugun Muhammad, warga yang tinggal di rumah itu, mengatakan bahwa rumah ini dihuni oleh tujuh kepala keluarga. Dalam sepetak rumah, terdiri dari dua sampai tiga kepala keluarga. Total jumlah penghuninya 21 jiwa, termasuk anak-anak. "Kami bersaudara. Yang awalnya lajang lalu menikah sehingga bertambah kepala keluarga," kata Gugun, yang juga anggota Urban Poor Consortium, lembaga swadaya yang menyoroti isu-isu kemiskinan.
Menurut Gugun, lokasi ini dulunya hampir digusur. "Akhir 2014, kami diminta membongkar bangunan agar mundur sepuluh meter dari kali," katanya. Namun, warga bernegosiasi dengan petugas kelurahan dan kecamatan sebab mereka pernah membebaskan lima meter tanahnya untuk pembangunan tanggul di tepi sungai.
"Tetapi belum ada kepastian, warga akhirnya memotong sendiri rumahnya," kata Gugun. Sampai sekarang, kata dia, isu pembongkaran masih mengambang. "Tetapi kami terus melakukan pembenahan."
Pembenahan dilakukan warga dengan merenovasi sendiri rumahnya. Gugun ingin membuktikan bahwa warga pinggir kali bisa berbenah. "Salah satunya rumah contoh ini. Kami bangun untuk menunjukkan kepada pemerintah dan publik bahwa di pinggir kali bisa dibangun rumah yang beradaptasi dengan sungai dan kepadatan penduduk," ujarnya.
Sembari membangun rumah contoh, warga juga mulai sadar tak membuang sampah ke sungai. Mereka membuat tong sampah dan mengumpulkan iuran kebersihan Rp 10 ribu per bulan.
Pembuatan rumah contoh juga terpenuhi berkat beberapa bantuan komunitas. Misalnya, dari Komunitas Anak Kali Ciliwung, Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK), Universitas Indonesia, Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
Ada pula dana talangan dari hibah Asian Coalition of Housing Right (ACHR). Dana renovasi sebesar US$ 5.500 itu tak bisa menutupi keseluruhan biaya. Penghuni rumah berkontribusi dengan cara mengambil pinjaman dan mengangsur biayanya kemudian. Menurut Gugun, keseluruhan rumah menghabiskan biaya Rp 157 juta. Selain rumah empat petak itu, ada satu rumah lagi yang menjadi rumah percontohan. Maka, satu rumah kira-kira memakai ongkos Rp 30 juta.
Perbedaan yang paling dirasakan Gugun adalah nyamuk di rumahnya berkurang. "Nyamuk dulu banyaknya minta ampun. Sekarang jauh berkurang," ucapnya. Nyamuk-nyamuk dulunya bersembunyi di balik triplek dinding rumah sebelum direnovasi. Nyamuk yang bersarang di kali juga berkurang karena warga tak lagi membuang sampah di sana.
Gugun menjelaskan, bukan berarti semua rumah di kampung itu akan diubah seperti rumah contoh. "Tetapi prinsipnya yang menjadi contoh. Bahwa ada jarak lima meter dari sungai, ada septic tank, pembagian ruang tetap mempertahankan sistem komunal, dan memungkinkan penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan," kata dia. "Lalu bentuknya vertikal, tidak menyebar ke samping tapi ke atas."
Jayadi, 61 tahun, tinggal di rumah contoh itu bersama istrinya Nani, 51 tahun, dan anak-anaknya. Mereka tidur di lantai satu bersama anak bungsunya yang berusia 11 tahun. Lantas, anaknya yang sudah berkeluarga tinggal di lantai 2. "Lebih adem daripada rumah sebelumnya, hanya saja lebih sempit," kata Jayadi. Tempat tidur mereka dipotong agar bisa muat di kamarnya.
Selain rumah contoh, warga bersama-sama membuat kelompok tabungan untuk merenovasi kampung. "Menabung untuk merenovasi rumah juga," kata Ketua Umum Komunitas Anak Kali Ciliwung, Salijan.
REZKI ALVIONITASARI
Berita terkait
Ombudsman Tindaklanjuti Laporan Jatam Terhadap OIKN soal Surat Teguran ke Warga Sepaku
13 hari lalu
Penjelasan Ombudsman Kalimatan Timur soal pelaporan Jatam perihal surat OIKN kepada masyarakat Sepaku.
Baca SelengkapnyaJATAM Laporkan Otorita IKN Ke Ombudsman soal Surat Teguran ke Warga Sepaku
15 hari lalu
Jaringan Advokasi Tambang atau JATAM Kalimantan Timur melaporkan Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) ke Ombudsman
Baca SelengkapnyaPolemik Penggusuran Rumah Warga Demi IKN, Ini Penjelasan Otorita Usai Bertemu dengan Komnas HAM
22 hari lalu
Otorita IKN telah bertemu dengan Komnas HAM membahas soal polemik penggusuran rumah warga Sepaku
Baca SelengkapnyaPolemik Penggusuran Demi IKN, Otorita Bertemu Komnas HAM
24 hari lalu
OIKN mengadakan pertemuan dengan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM) terkait penataan kawasan di wilayah Sepaku dekat IKN
Baca SelengkapnyaRamai Kabar Penggusuran, Otorita IKN Datangi Warga Desa Bukit Raya Sepaku
33 hari lalu
Otorita IKN mendatangi warga Desa Bukit Raya, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Otorita IKN menyebut kedatangannya sebagai ajang silaturahmi antara pemerintah dan warga di bulan Ramadan.
Baca SelengkapnyaTerkini: Jokowi akan Resmikan Bandara Mutiara Sis Al-Jufri Pasca Kena Gempa 2018, Polemik Pembangunan IKN Terakhir Dugaan Penggusuran Masyarakat Adat
35 hari lalu
Dalam waktu dekat Presiden Jokowi bakal meresmikan Bandara Mutiara Sis Al-Jufri, Palu, setelah direkonstrasi usai terdampak Gempa Palu pada 2018.
Baca SelengkapnyaDisebut Kirim Surat Peringatan Agar Warga di IKN Berhenti Garap Lahan, Ini Penjelasan Badan Bank Tanah
37 hari lalu
Syafran membantah Badan Bank Tanah berupaya menggusur warga Penajam Paser Utara demi kepentingan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Baca SelengkapnyaTerkini Bisnis: Penjelasan NGO dan OIKN Atas Sengkarut 'Penggusuran' Warga, Bos Lion Group Angkat Bicara
37 hari lalu
Berita terkini ekonomi bisnis hingga Kamis sore ini antara lain 'penggusuran' warga RT 05 Pemaluan, Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Baca SelengkapnyaNasib Warga di IKN, Kena Praktik ala Kolonial hingga Terancam Digusur
37 hari lalu
KPA menyoroti surat Badan Bank Tanah kepada warga yang bermukim di Ibu Kota Nusantara atau IKN
Baca SelengkapnyaSengkarut 'Penggusuran' Warga di IKN, Ini Kata NGO dan OIKN
37 hari lalu
Surat yang minta Warga Pemaluan di kawasan IKN membongkar rumah mereka menjadi sorotan. OIKN berjanji bedah rumah warga yang tak sesuai master plan.
Baca Selengkapnya