Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Yusril Ihza Mahendra. TEMPO
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), J. Kristiadi, mengatakan penantang terberat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam pemilihan Gubernur 2017 adalah dirinya sendiri. Sebab, kata dia, pertarungan pilgub kali ini adalah pertarungan antara yang "sudah" dan yang "akan".
Menurut Kristiadi, saat ini sangat sulit mempercayai janji politikus, terlebih bagi mereka yang tidak memiliki pengalaman atau prestasi apa-apa dalam membangun daerah. Rakyat, kata dia, sudah mulai dewasa dalam memahami politik. Bagi Kristiadi, politikus yang patut dipercaya adalah orang yang telah terbukti menunjukkan kinerja yang baik.
"Percayalah kepada politikus yang sudah membuktikan apa yang sudah ia dikerjakan. Kalau bertarung saat ini adalah pertarungan yang "sudah" dan yang "akan". Apakah mereka (yang "akan") benar-benar bisa membuktikan? Jadi pilihlah mereka yang membuktikan," ucapnya dalam diskusi publik dan peluncuran buku Ahok, Sang Pemimpin 'Bajingan' di Gedung Joeang, Sabtu, 14 Mei 2016.
Menurut Kristiadi, meskipun gaya komunikasi Ahok yang ceplas-ceplos dan cenderung kasar kerap dijadikan kritik dari beberapa kalangan, itu belum menjadi batu sandungan yang berarti bagi Ahok. Menurut dia, gaya kepemimpinan yang santun di mata masyarakat belum menjamin apa-apa.
"Kami sudah muak dengan mereka yang sopan santun dan terlihat etis, tapi itu palsu. Kesantunan itu kerap bersenyawa dengan kedurhakaan. Banyak yang santun tapi garong dan tidak berperikemanusiaan," katanya.
Selain itu, calon pemimpin yang menawarkan janji program perbaikan Jakarta dianggap Kristiadi belum efektif memenangi pilgub DKI. Peta masalah Jakarta dan solusinya, kata dia, sudah ada sejak dulu. Hanya, hal itu tidak terealisasi karena belum ada pemimpin yang bisa menjalankannya.
"Jangan pernah percaya omongan politikus. Percayalah kepada mereka yang menunjukkan kebijaksanaannya. Medannya politikus itu penuh siasat," ujarnya.