Marco Kusumawijaya Kritik Gaya Pembangunan Ahok  

Reporter

Jumat, 20 Mei 2016 18:08 WIB

Marco Kusumawijaya. TEMPO/Praga Utama

TEMPO.CO, Jakarta - Aktivis dan pengamat perkotaan, Marco Kusumawijaya, mengkritik pemerintah, khususnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yang tidak melibatkan banyak pihak, termasuk masyarakat, dalam setiap rencana pembangunan. Padahal hal tersebut perlu dilakukan agar kepentingan bersama dapat terjaga.

Menurut Marco, dalam merencanakan perubahan kota, yang paling penting dipikirkan adalah perubahan tersebut harus dirancang bersama-sama, sehingga dalam proses pembangunan harus mengajak sebanyak mungkin pihak terlibat. "Karena kalau banyak orang yang terlibat, banyak orang akan merasa saling memiliki. Dia akan berbuat yang terbaik untuk kota tanpa diminta," kata Marco saat dijumpai di Institute Francais Indonesia, Jakarta, Jumat, 20 Mei 2016.

Selain itu, kata dia, penting untuk mendayagunakan ide banyak orang, terutama para ahli di bidangnya masing-masing. Menurut dia, dengan banyaknya kepentingan, tiap pihak bisa saling mengimbangi. "Dalam keadaan kritis sangat berbahaya jika mengambil keputusan hanya atas dasar ide dasar sendiri," kata Marco.

Marco menuturkan, sejauh ini, penataan kota, termasuk Jakarta, tidak pernah melibatkan banyak pihak, termasuk Jakarta. Terbukti, beberapa proyek besar yang ada di Jakarta selalu berbenturan dengan pihak lain, termasuk dengan warga setempat. "Lihat reklamasi. Kalau kami (aktivis) tidak ribut, mana mungkin bisa tahu banyak pelanggaran dalam prosesnya," kata Marco.

Menurut dia, sudah jelas kepentingan reklamasi hanya untuk kepentingan pengembang karena pemerintah, dalam hal ini adalah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, hanya mendengar masukan segelintir orang. "Saya tidak bilang pendapat developer tidak perlu didengar. Tapi kalau hanya mendengar pendapat dia dan tidak mendengar rakyat, itu berbahaya," kata dia.

Dalam membuat keputusan penting dan kritis, kata Marco, jangan hanya berdasarkan pandangan yang sempit. Hal ini terlihat dari cara Ahok menggusur warga dengan dalih tanah negara. Melihat anggapan tersebut, Marco menilai banyak hal yang tidak diketahui Ahok sebagai gubernur.

Marco menyebutkan bahwa tanah negara itu tidak sama dengan tanah pemerintah. Menurut dia, falsafah dari Undang-Undang Agraria itu, pemerintah itu hanya bagian dari salah satu pihak dalam negara, sehingga tanah negara memang bisa dipakai oleh rakyat.

"Jadi, kalau warga sudah menempati tanah itu terus-menerus, Anda boleh meminta karena negara ini baru ada sejak 1945. Kalau pemerintah mau meminta pun, mereka harus memohon," kata dia.

LARISSA HUDA

Berita terkait

Ahok Kritik Penonaktifan NIK KTP Jakarta: Jangan Merepotkan Orang

2 hari lalu

Ahok Kritik Penonaktifan NIK KTP Jakarta: Jangan Merepotkan Orang

Bulan lalu, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta mengajukan penonaktifan terhadap 92.493 NIK warga Jakarta ke Kemendagri.

Baca Selengkapnya

Cerita Ahok Soal Ide Bangun Parkir Bawah Tanah Monas untuk Atasi Kemacetan Jakarta

2 hari lalu

Cerita Ahok Soal Ide Bangun Parkir Bawah Tanah Monas untuk Atasi Kemacetan Jakarta

Mantan Gubernur DKI Jakarta Ahok mengatakan konsep tempat parkir bawah tanah Monas ini sempat masuk gagasannya.

Baca Selengkapnya

4 Wajah Lama Ini Kembali Muncul dalam Bursa Bakal Calon Gubernur Pilkada 2024

5 hari lalu

4 Wajah Lama Ini Kembali Muncul dalam Bursa Bakal Calon Gubernur Pilkada 2024

Sejumlah nama bakal calon gubernur di Pilkada 2024 sudah mulai bermunculan, termasuk 4 wajah lama ini. Siapa saja mereka?

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut Ahok Masih Berminat Maju di Pilkada Jakarta, Apa Alasannya?

6 hari lalu

Pakar Sebut Ahok Masih Berminat Maju di Pilkada Jakarta, Apa Alasannya?

Ahok akan bersaing dengan sejumlah nama populer dalam Pilkada Jakarta 2024.

Baca Selengkapnya

Ahok Masuk Bursa Cagub DKI dari PDIP Selain Risma, Andika Perkasa, dan Basuki Hadimuljono

9 hari lalu

Ahok Masuk Bursa Cagub DKI dari PDIP Selain Risma, Andika Perkasa, dan Basuki Hadimuljono

PDIP mulai menjaring empat nama yang akan menjadi calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta. Lantas, siapa saja bakal cagub DKI Jakarta yang diusung PDIP?

Baca Selengkapnya

Selain Galih Loss, Ini Daftar Kasus Dugaan Penistaan Agama di Indonesia

11 hari lalu

Selain Galih Loss, Ini Daftar Kasus Dugaan Penistaan Agama di Indonesia

Kasus yang menjerat Galih Loss menambah daftar panjang kasus penistaan agama di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Gaya Ahok, Anies, dan Heru Budi Tangani Banjir di DKI Jakarta

40 hari lalu

Gaya Ahok, Anies, dan Heru Budi Tangani Banjir di DKI Jakarta

Banjir melanda sebagian wilayah di DKI Jakarta kerap terjadi berulang kali. Berikut gaya gubernur DKI menyikapi banjir di wilayahnya.

Baca Selengkapnya

Mereka yang Dijerat Kasus Penistaan Agama, Ahok hingga Panji Gumilang Pimpinan Ponpes Al Zaytun

40 hari lalu

Mereka yang Dijerat Kasus Penistaan Agama, Ahok hingga Panji Gumilang Pimpinan Ponpes Al Zaytun

Berikut sederet kasus penistaan agama yang dijatuhkan vonis untuk Ahok, Arya Wedakarna, dan terakhir Panji Gumilang Pimpinan Ponpes Al Zaytun.

Baca Selengkapnya

81 Tahun Ma'ruf Amin, Berikut Jalan Politiknya dan Pernah Punya Story dengan Ahok

55 hari lalu

81 Tahun Ma'ruf Amin, Berikut Jalan Politiknya dan Pernah Punya Story dengan Ahok

Ma'ruf Amin berusia 81 tahun pada 11 Maret ini. Berikut perjalanan politiknya hingga menjadi wapres, sempat pula berseteru dengan Ahok.

Baca Selengkapnya

Ramai Soal KJMU, Apa itu Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul yang Diinisiasi Ahok dan Diteruskan Anies Baswedan?

58 hari lalu

Ramai Soal KJMU, Apa itu Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul yang Diinisiasi Ahok dan Diteruskan Anies Baswedan?

Ramai di media sosial soal Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul yang disebut diberhentikan sepihak oleh Pemprov DKI Jakarta. Apa beda KJMU dan KJP Plus?

Baca Selengkapnya