Aksi Calo Bangku Sekolah di Depok, Satu Kursi Rp 16 Juta
Editor
Untung Widyanto koran
Rabu, 3 Agustus 2016 19:58 WIB
TEMPO.CO, Depok - Percaloan bangku sekolah menengah atas di Kota Depok terus berkeliaran meski kegiatan belajar mengajar sudah dimulai. Mereka memaksa memasukan siswa baru meski kuota sekolah sudah penuh.
Aksi yang terjadi tiap tahun saat penerimaan siswa baru itu telah membawa korban. Humas SMA Negeri 2 Depok Heryanto menjelaskan pada Senin lalu ada orang tua yang menangis karena sudah bayar Rp 16 juta ke LSM untuk memasukan anaknya ke SMAN 2.
"Kami tolak, karena kami tidak menerima uang itu," ujar Heryanto pada Rabu, 3 Agustus 2016. Petugas keamanan SMAN 2 Depok Cece Saefudin mengaku setiap hari harus menghadapi LSM, wartawan dan pihak lain yang datang ke sekolah. Dia mengarahkan langsung untuk menemui kepala sekolah.
Baca: Lihat Pungli dan Perploncoan di Sekolah, Laporkan!
Proses penerimaan peserta didik baru (PPDB) di Kota Depok untuk tahun ajaran 2016/1017 telah ditutup sejak akhir Juni 2016. Heryanto mengatakan sejak awal, sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM), wartawan dan lembaga lainnya yang mendesak sekolah untuk memasukan siswa. "Dewan juga punya kuota untuk menitip siswa. Hanya Kementerian Agama saja yang tidak," katanya.
Heryanto mengakui di sekolahnya masih ada ada siswa titipan, namun tidak sebanyak tahun lalu. Menurutnya, hampir semua lembaga pendidikan negeri di Depok diintervensi. Jumlah siswa titipan di setiap sekolah, katanya, bisa mencapai lebih dari 10 persen.
Humas SMA Negeri 3 Depok Prapanca Adi mengatakan karena desakan dan ancaman dari luar, pihaknya menambah kuota dua siswa untuk tiap rombongan belajar atau kelas. "Kebijakan kepala sekolah untuk menambah kuota," katanya.
Bahkan, pekan lalu ada 14 siswa titipan yang masuk karena kebijakan tersebut. Guru-guru, kata dia, tidak bisa berbuat apa-apa. "Tahun ini dipastikan 18 siswa yang dipaksakan masuk, lewat jalur titipan atau siluman," ujarnya.
Baca: Cegah Korupsi di Sekolah KPK Akan Luncurkan Aplikasi Check My School
Siswa titipan selalu ada karena tingginya minat orang tua memasukan anaknya ke sekolah negeri yang favorit. Namun, kuota sekolah terbatas untuk memasukan mereka. Akhirnya tiap tahun dimanfaatkan oleh individu-individu nakal tersebut.
Karena memaksakan anaknya yang tidak sesuai dengan nilai akademis, tahun ini ada 24 siswa yang tidak naik kelas di SMAN 3. "Sebagian besar dari mereka yang tidak naik itu, siswa titipan," ujar Prapanca.
Untuk menghadapi percaloan di setiap tahun ajaran baru, sekolah dan siswa membuat spanduk yang ditempatkan di gerbang sekolah. OSIS dan Majelis Perwakilan Kelas di SMA Negeri 2 membuat spanduk dengan tulisan, "Mohon Berikan Contoh Teladan Baik Bagi Kami dengan Tidak Memaksakan Kehendak untuk Memasukan Putra-Putrinya ke SMA Negeri 2 Depok."
Sedangkan guru dan komite sekolah membuat spanduk yang betuliskan "Mohon Maaf Bagi Seluruh Warga Kota Depok yang Tidak Terfasilitasi untuk Masuk SMA Negeri 2 Depok, karena Kuota Sudah Penuh."
IMAM HAMDI