Seorang pemuda mengenakan kaus bergambar Palu Arit yang menjadi lambang Partai Komunis Indonesia di Ciputat, Tangerang Selatan, 27 Mei 2016. Ia diserahkan ke pihak kepolisian untuk dimintai keterangan. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat.
TEMPO.CO, Jakarta - Polisi menyita enam buku berlogo palu-arit dari pameran buku yang diselenggarakan Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) di Jakarta Convention Cenfer (JCC), Senayan, Sabtu, 1 Oktober 2016. Buku-buku tersebut dijual di salah satu stand yang dijaga warga negara asing (WNA) asal Malaysia. Buku itu diterbitkan Thukul Cetak, penerbit Malaysia.
"Buku itu berlogo palu-arit. Judulnya Manifesto Komunis. Ada enam buku berlogo palu-arit," kata Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat Kepolisian Resor Metro Jakarta Pusat Komisaris Suyatno saat dikonfirmasi, Ahad, 2 Oktober 2016.
Suyatno berujar, awalnya, polisi mendapatkan laporan dari pengunjung pameran. Dari laporan tersebut, polisi langsung mendatangi lokasi pameran dan menemukan enam buku itu.
Polisi kemudian memeriksa empat warga negara Malaysia yang menjaga stand tersebut. Empat orang tersebut, yakni Zulkifri Zamir bin Mohammad Munir, 31 tahun, dari pihak penerbit Thukul Cetak; Sakri bin Abdullah (51) selaku pimpinan stand; serta dua penjaga stand, yaitu Mohd Rozla Bin Muhammed Noor (46) dan Khairul Nizam bin Muhammad Yunis (45).
"Setelah didata dan didokumentasikan, selanjutnya empat warga negara Malaysia tersebut dibawa ke Polda Metro Jaya untuk ditindaklanjuti," ujar Suyatno.
Ditemui di Markas Polda Metro Jaya, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Awi Setiyono mengatakan empat WN Malaysia tersebut telah diperiksa. Hasil pemeriksaan menunjukkan keempatnya tidak mengetahui bahwa simbol palu-arit sensitif di Indonesia. "Dia tidak tahu kalau palu dan arit di Indonesia sensitif," tuturnya.
Awi menambahkan, mereka selanjutnya diserahkan kepada pihak Imigrasi dan diminta membuat pernyataan. "Saat ini mereka sudah kembali ke Malaysia," ucapnya.