Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok meresmikan Taman Diponegoro, di seberang RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, 20 Oktober 2016. TEMPO/Friski Riana
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menganggap biasa bila ada interupsi warga ketika dirinya berpidato dalam peresmian Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Akasia, di Jalan Tebet Barat Raya, Jakarta Selatan, pada Jumat pagi, 21 Oktober 2016. "Biasalah, kan aku (mantan) anggota DPR RI. Anggota DPR RI kan suka interupsi," ujarnya.
Seorang pria yang mengaku sebagai tokoh agama bernama Zindan Salim ingin bertanya langsung kepada Ahok mengenai polemik Surat Al-Maidah ayat 51. Namun, sebelum sempat mengajukan pertanyaan, petugas keamanan langsung menggiringnya ke luar lokasi peresmian.
Saat peresmian itu, kata Ahok, ada juga perempuan yang menghampirinya. "Dia enggak nanya, cuma bilang, 'Bapak menyakiti hati umat muslim'," ujar Ahok menirukan perkataan perempuan itu.
Ahok pun meminta perempuan itu menonton video tentang pernyataannya soal Surat Al-Maidah saat kunjungan ke Kepulauan Seribu beberapa waktu lalu secara utuh. Dia juga meminta perempuan itu melihat rekam jejaknya sebagai kepala daerah.
"Saya bupati di (wilayah mayoritas) 93 persen muslim di Belitung. Anda mesti lihat rekam jejak, gitulho. Kalau rekam jejaknya sekarang, masak mesti saya cerita bangun masjid begitu banyak, (menaikkan) haji orang begitu banyak, ntar jadi ria saya," ucap Ahok.
Sebelum Ahok tiba di acara peresmian RPTRA itu, sekelompok warga yang mengklaim sebagai warga Tebet melakukan aksi unjuk rasa menolak kedatangan Ahok. Mereka berorasi sekitar 100 meter dari lokasi RPTRA sambil membawa poster yang ditujukan kepada Ahok, seperti "Kami Tolak Gubernur Tukang Gusur", "Jakarta Hanya Butuh Pemimpin Santun”. Polisi membuat barikade untuk menghadang mereka agar tidak masuk ke acara peresmian.