Pemerintah Kota Bogor Larang Pelajar Rayakan Hari Valentine
Editor
Ali Anwar
Selasa, 14 Februari 2017 07:00 WIB
TEMPO.CO, Bogor - Pemerintah Kota Bogor mengeluarkan surat edaran yang melarang semua pelajar di Kota Bogor merayakan Hari Kasih Sayang atau Valentine Day. “Dikhawatirkan dapat menyimpang dari ajaran agama dan norma sosial,” kata Pelaksana Tuga Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor, Fahruddin, Senin, 13 Februari 2017.
Menurut Fahruddin, surat edaran yang berisi larangan agar semua siswa merayakan Valentine Day itu sudah dikirim ke semua sekolah. “Dari tingkat SD, SMP, SMA dan SMK, baik negeri dan suwasta di Kota Bogor,” ujar Fahruddin.
Baca: Depok Larang Siswa Rayakan Valentine's Day, Ini Alasannya
Fahruddin mengatakan, larangan merayakan hari kasih sayang yang biasa digelar setiap tanggal 14 Februari itu khawatirkan disalahartikan dengan tindakan yang menyimpang dari norma agama dan sosial. “Lagi pula itu bukan budaya kita, baik budaya di negara Indonesia, terlebih lagi agama Islam. Saya juga berpendapat tidak ada penjelasan resmi tentang Valentine Day,” ucap Fahruddin.
Dinas Pendidikan, ujar Fahruddin, juga memberi kewenangan kepada pengelola sekolah untuk menegur siswa yang merayakan Valentine Day di dalam mau pun di luar lingkungan sekolah. “Saya khawatir jika remaja, terutama pelajar, ikut merayakan hari kasih sayang ini, kegiatanya mengarah pada kebebasan pergaulan, salah satunya seks bebas,” kata Fahruddin.
Imbauan agar masyarakat Bogor tidak merayakan Valentine Day pun dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Pusat Pendidikan El-Rahma Bogor. Mereka berunjukrasa di putaran Tugu Kujang, Kota Bogor.
Dalam aksinya mereka menolak perayaan Valentine Day. “Ini bukan budaya kita, tapi budaya maksiat. Untuk itu kami mengimbau agar masyarakat, khususnya remaja, menolak hari kasih sayang ini,” kata kordinator aksi, Wendi.
Baca juga: Begini Pelajar di Jawa Barat Dilarang Rayakan Valentine Day
Menurut Wendi, Valentine Day tidak lepas dari ritual penyembahan dewa-dewi romawi. “Padahal dalam Islam tidak boleh meniru-niru ritual atau aktifitas agama lain,” kata Wendi.
M SIDIK PERMANA