Warga berjalan menembus banjir di Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makassar, Jakarta, 20 Februari 2017. ANTARA/Rosa Panggabean
TEMPO.CO, Jakarta - Bencana banjir melanda wilayah Cipinang Melayu sejak Selasa, 21 Februari 2017. Ketinggian air di dekat bantaran Kali Sunter ini sempat mencapai 1,5 meter.
Ratusan warga yang tinggal di lokasi pun diungsikan ke Masjid Universitas Borobudur hingga hari ini, Rabu, 22 Februari 2017. Meski air sudah surut, sekitar 200 warga masih berada di pengungsian.
Ditemui di tempat pengungsian, Rohmani, salah satu warga Cipinang Melayu, mengatakan banjir kali ini adalah yang paling parah sejak 15 tahun terakhir. "Banjir sering, tapi yang paling parah ini," katanya.
Rohmani bercerita, banjir parah yang hampir sama dengan kali ini pernah terjadi pada 2002. Banjir menggenangi permukiman warga hingga mencapai 1 meter. Setelah itu, banjir hanya melanda dalam skala kecil. Ketinggian air biasanya hanya sekitar 10-20 sentimeter.
Hal serupa juga diakui oleh pasangan suami-istri yang berasal dari Kampung Bengek, Yeni Wijayanti dan Eko Yulianto. Menurut mereka, banjir memang sering mampir di wilayahnya tapi jarang sampai separah ini. "Sering banjir tapi biasanya cuma setangga (10-20 sentimeter) aja," kata Eko.
Istri Eko, Yeni, menduga banjir kali ini bisa parah karena ada kiriman air dari Kali Sunter dan Kali Bekasi. "Biasanya cuma dari Kali Sunter aja," ujarnya.
Dinas Tata Air DKI Jakarta menyatakan jika banjir di Cipinang Melayu ikut dipengaruhi oleh adanya kiriman air akibat jebolnya tanggul di Villa Bukit Nusa Indah, Bekasi. Air mengalir ke Kali Sunter dan menyebabkan luapan karena ditambah hujan deras yang turun sepanjang hari sejak Ahad lalu.
Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta
56 hari lalu
Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta
Wakil Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA), Azas Tigor Nainggolan menyampaikan, banyaknya titik genangan air di Jakarta terjadi karena kondisi daratan yang berada dibawah permukaan air laut.