NU: Pisahkan Agama Dengan Pilkada DKI Jakarta  

Reporter

Jumat, 31 Maret 2017 02:33 WIB

Para ulama pengurus PWNU yang mewakili 29 PCNU se-Indonesia, memberikan keterangan kepada awak media, di Jakarta, 14 Agustus 2015. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Khatib Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta Kiai Haji Ahmad Zahari menganjurkan warga Jakarta memisahkan permasalahan pilkada Jakarta dengan ajaran agama. Zahari menuturkan agama selalu menganjurkan kebaikan. “Tapi harus dipisahkan dengan pilihan pemimpin,” ujar Zahari melalui siaran pers seusai diskusi di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 30 Maret 2017.

Komentar itu dilontarkan Zahari sebagai respons rencana Forum Umat Islam (FUI) yang akan menggelar demonstrasi kesekian kali bernama 313 pada Jumat, 31 Maret 2017. Dia meminta semua pihak mampu menahan diri dan mengedepankan kepentingan bangsa.

Baca: Ada Format Baru di Putaran Dua Pilkada DKI, Seperti Apa?

“Kami mengimbau memilih semua. Siapa saja yang disenangi, coblos,” kata Zahari. Dia mengimbau masyarakat memilih pemimpin sesuai dengan keinginan hati, bukan berdasarkan desakan atau anjuran siapa pun. Meski saat ini kondisi politik di Jakarta sedang memanas.

Dia juga menyinggung terkait dengan adanya tempat ibadah yang digunakan sebagai ajang kampanye. Termasuk kelompok yang menyerang perbedaan tafsir antara memilih pemimpin muslim atau melarang memilih pemimpin muslim. Menurut dia, rumah ibadah adalah tempat publik sehingga tak bisa digunakan untuk orasi politik. Apalagi khotbah berisi kebencian.

Baca: Rais Syuriah NU: Muslim Boleh Pilih Pemimpin Nonmuslim

Dia melanjutkan, permainan politik identitas dan berbau agama sangat kental dalam pilkada DKI Jakarta. Belum lama ini terpasang spanduk bernada provokatif yang secara tidak langsung membuat masyarakat Jakarta tidak memilih pasangan calon gubernur dan wakil gubernur tertentu.

Intelektual muda Nahdlatul Ulama, Syafieg Hasyim, menyampaikan hal yang sama bahwa kepemimpinan agama tidak sama dengan kepemimpinan politik. "Tugas pemimpin adalah menegakkan keadilan sosial. Tidak bisa disandera dengan kepentingan primordial," kata pria yang akrab disapa Gus Syafieq itu.

Syafieq meminta masyarakat tidak mendasarkan pilihan calon pemimpin dengan agama dalam pilkada DKI Jakarta. Justru yang harus dijunjung adalah norma keadilan.

Maqosidul syar'i dalam konsep negara adalah manifestasi sifat ilahiah di muka bumi, maka norma yang harus diusung adalah keadilan, cinta kasih, dan kebersamaan,” ucap dia. “Dalam konteks ini, keadilan tidak boleh memihak, baik pada faktor agama, suku, maupun keyakinan.”

Lebih lanjut, Syafieq menegaskan konteks memilih pemimpin adalah berdasarkan kinerja dan gagasan memajukan bangsa. Persoalan pemerintah adalah persoalan masyarakat. Kepemimpinan dipilih berdasarkan sejauh mana seseorang mampu menyejahterakan dan mewujudkan keadilan sosial. Karena itu, rekam jejak pemimpin harus dilihat.

AVIT HIDAYAT

Berita terkait

Di Acara Milenial dan Gen Z, Anies Jawab Soal Tuduhan Politik Identitas Saat Pilkada DKI 2017

27 November 2023

Di Acara Milenial dan Gen Z, Anies Jawab Soal Tuduhan Politik Identitas Saat Pilkada DKI 2017

Anies Baswedan menjawab tuduhan soal penggunaan politik identitas saat Pilkada DKi 2017 pada acara Indonesia Milleninial and Gen-Z Summit 2023.

Baca Selengkapnya

Anies Ungkit Momen Berutang di Pilkada DKI, Singgung Biaya Politik Mahal

30 September 2023

Anies Ungkit Momen Berutang di Pilkada DKI, Singgung Biaya Politik Mahal

Anies menuturkan mahalnya biaya kampanye bukan berarti ketika menjadi pejabat harus balik modal

Baca Selengkapnya

Manuver Merebut Suara NU

2 September 2023

Manuver Merebut Suara NU

Dipilihnya Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar disebut-sebut untuk mengerek elektabilitas mereka dengan mendulang suara NU.

Baca Selengkapnya

Profil Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB yang Didukung Jadi Capres atau Cawapres 2024

24 Juli 2023

Profil Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB yang Didukung Jadi Capres atau Cawapres 2024

Muhaimin Iskandar alias Cak Imin didukung sebagai bakal capres maupun cawapres oleh kiai dan santri. Berikut profil Muhaimin Iskandar.

Baca Selengkapnya

Sahur Bersama Menag, Gus-gus Se-Jawa Berikrar Siap Berdayakan NU Demi Kemaslahatan Umat

16 April 2023

Sahur Bersama Menag, Gus-gus Se-Jawa Berikrar Siap Berdayakan NU Demi Kemaslahatan Umat

Para putra kiai pesantren siap mengabdikan diri secara aktif dalam rangka memberdayakan NU agar bisa terus memberikan kemaslahatan yang luas

Baca Selengkapnya

Pesan Yandri Susanto saat Pelantikan PC/PAC Fatayat NU

5 Maret 2023

Pesan Yandri Susanto saat Pelantikan PC/PAC Fatayat NU

Yandri meminta Fatayat NU menjalankan dakwah dengan sejuk, sekaligus mensosialisasikan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Baca Selengkapnya

Lobi Menjelang Vonis Mati Ferdy Sambo

19 Februari 2023

Lobi Menjelang Vonis Mati Ferdy Sambo

Sebelum vonis dijatuhkan, berbagai lobi dilancarkan untuk meringankan hukuman Ferdy Sambo.

Baca Selengkapnya

Di Acara Partai Ummat, Anies Baswedan Cerita Diberi Label saat Pilkada DKI 2017

14 Februari 2023

Di Acara Partai Ummat, Anies Baswedan Cerita Diberi Label saat Pilkada DKI 2017

Anies Baswedan menyebut ada dua pendekatan untuk menciptakan persepsi ini.

Baca Selengkapnya

Indicting Indosurya, Again

13 Februari 2023

Indicting Indosurya, Again

THE West Jakarta District Court acquitted the owner of Indosurya Saving and Loan Cooperative, Henry Surya, despite ...

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Buka Suara soal Utang Rp 50 Miliar ke Sandiaga: Sudah Selesai Dulu

11 Februari 2023

Anies Baswedan Buka Suara soal Utang Rp 50 Miliar ke Sandiaga: Sudah Selesai Dulu

Anies Baswedan menegaskan tidak ada utang yang hari ini harus dilunasi.

Baca Selengkapnya