Djarot: Jangan Gembira Terima Bahan Impor dengan Harga Murah

Reporter

Editor

Ali Anwar

Selasa, 6 Juni 2017 22:33 WIB

Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat bersama Ketua Badan Pengawasan Obat dana Makanan (BPOM) PennyKusumastuti Lukito meninjau kelayakan makanan takjil di Pasar Bedungan Hilir, Jakarta Pusat, Jumat, 2 Juni 2017. TEMPO/Larissa

TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat meminta kepada masyarakat tidak mengandalkan pasokan impor bahan baku dari luar negeri. Menurut Djarot, jika masyarakat, khususnya pedagang dan petani, mengandalkan bahan impor, maka harga kebutuhan pokok akan didikte oleh pihak lain.

"Sekali lagi bila kita tergantung pada yang impor-impor itu, kita tidak punya kedaulatan dan kita mudah didikte serta inflasi tidak bisa kita kendalikan," ujar Djarot di Pasar Induk Kramat Jati, Selasa, 6 Juni 2017.


Baca: Ekspor pada April Lebih Rendah dari Maret, Ini Penjelasan BPS

Djarot menyayangkan beberapa kebutuhan pokok seperti kedelai atau jagung justru diimpor ke Indonesia dengan alasan tidak bisa tumbuh dengan baik di Indonesia. Padahal, kata Djarot, Indonesia bisa memproduksi bahan pangan itu dengan baik. Dengan begitu, pemerintah tidak bisa mengendalikan harga dan petani tidak dapat dilindungi.

Menurut Djarot, banyak petani yang tidak lagi mau menanam bahan pokok, seperti bawang merah, padi, wortel, dan kentang, lantaran para mafia dan tengkulak mendikte harga karena pasokannya terbatas. Meski begitu, Djarot mengingatkan agar masyarakat tidak mengandalkan bahan impor tersebut secara terus menerus.

"Bayangkan kalau kemudian (bergantung) impor terus, lalu di sana juga kekurangan (bahan pangan juga). Lalu mereka stop, "kami tidak akan ekspor ke Indonesia". Bisa mati enggak kita? Kalau mau, (nanti) harganya tinggi," kata Djarot.

Djarot menuturkan, bangsa Indonesia jangan bergembira menerima barang impor dengan harga yang rendah. Hal tersebut menyebabkan Indonesia tergantung pada mereka. Padahal, kata Djarot, seharusnya kita sudah mulai berpikir untuk menanam sendiri dengan ongkos biaya yang lebih rendah. Sehingga, nilai jualnya bisa tetap.

Djarot mengaku bangga dengan adanya mesin penyimpanan bahan pangan yang diluncurkan oleh PD Pasar Jaya, yaitu controlled atmosphere storage (CAS). Mesin CAS yang berasal dari Kudus, Jawa Tengah, itu mampu menampung sebanyak 20 ton bawang dan cabai merah selama enam bulan.


Baca juga: Djarot Prediksi Jakarta Dapat Opini WDP Lagi dari BPK

Dengan adanya mesin penyimpan tersebut, pemerintah berharap hasil panen dari petani dapat disimpan dan kembali dikeluarkan walaupun musim panen sudah berhenti. Dengan begitu, pemerintah tidak perlu sulit mengontrol pasokan barang. Djarot juga berharap agar cara tersebut bisa ditiru oleh daerah lain.

LARISSA HUDA

Berita terkait

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

6 hari lalu

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

Nilai transaksi potensial paviliun Indonesia di Cafex Expo 2024, Mesir, capai Rp 253 milir. Didominasi oleh produk biji kopi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

9 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

9 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

9 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

9 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

9 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

10 hari lalu

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

Delegasi Indonesia dan Tunisia membahas perjanjian perdagangan bilateral di Tangerang. Indonesia banyak mengekspor sawit dan mengimpor kurma.

Baca Selengkapnya

63 Tahun Bank DKI, Profil Bank Peraih The Best Performance Bank untuk Kategori BPD 2023

20 hari lalu

63 Tahun Bank DKI, Profil Bank Peraih The Best Performance Bank untuk Kategori BPD 2023

Bank DKI merupakan bank yang memiliki status BUMD. Didirikan sejak 11 April 1961, kepemilikan saham Bank DKI dipegang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Baca Selengkapnya

Kemendag Optimistis Perdagangan Indonesia Kejar Vietnam jika Sepakati IEU-CEPA

56 hari lalu

Kemendag Optimistis Perdagangan Indonesia Kejar Vietnam jika Sepakati IEU-CEPA

Kementerian perdagangan sebut Indonesia bisa kalahkan Vietnam jika sudah melakukan kesepakatan perjanjian dagang dengan Uni Eropa (IEU-CEPA).

Baca Selengkapnya

Uji Coba Account Based Ticketing di MRT, LRT, dan Transjakarta, Bagaimana Mekanismenya?

56 hari lalu

Uji Coba Account Based Ticketing di MRT, LRT, dan Transjakarta, Bagaimana Mekanismenya?

Bagaimana mekanisme penerapan tiket berbasis akun atau Account Based Ticketing di MRT, LRT, dan Transjakarta?

Baca Selengkapnya