Penumpang menunggu untuk menaiki KRL Commuter Line di Stasiun Manggarai Jakarta, 26 Juni 2017. Tahun lalu pengguna Commuter Line mencapai 9.957.739 orang dari H-7 hingga H+7 Lebaran. ANTARA/Wahyu Putro A
TEMPO.CO, Jakarta - PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) mulai memasang garis batas antrean di peren di 75 stasiun KRL Jabodetabek. Pemasangan garis untuk mengatur alur penumpang masuk ke KRL ini dilakukan dalam satu bulan ini.
Uji coba pemasangan garis batas ini sudah dijalankan di dua stasiun , yakni Stasiun Jakarta Kota dan Stasiun Juanda. Pemasangan garis batas berwarna hijau yang telah berlangsung sejak dua pekan lalu itu bertujuan menertibkan penumpang yang akan masuk ke KRL, yang selama ini selalu berebutan antarpenumpang.
“Dengan garis ini, penumpang memberikan kesempatan dan tidak menutupi jalur penumpang yang akan turun dari KRL,” kata VP Komunikasi PT KCJ, Eva Chairunisa, dalam keterangan tertulis, Selasa, 8 Agustus 2017.
Eva mengatakan selama ini penumpang yang hendak masuk ke KRL enggan memberikan jalur untuk penumpang yang akan turun. Dengan berdiri sesuai dengan garis batas antre yang telah dibuat, maka arus penumpang yang akan turun dari KRL dapat berjalan lancar di peron.
Selain itu, pemasangan garis batas juga diikuti dengan imbauan kepada penumpang di peron untuk mendahulukan penumpang yang akan turun dari KRL. “Penumpang juga diimbau tidak memaksakan diri untuk tergesa-gesa masuk ke dalam KRL sebelum aktivitas pengguna jasa yang akan turun selesai,” katanya.
Menurut dia, sebelumnya PT KCJ telah memasang signage di bagian luar pintu rangkaian. Namun, peningkatan volume penumpang yang cukup pesat dan kondisi penumpang yang kerap naik turun bersamaan menjadikannya tak maksimal.
Eva berujar pada uji coba awal pemasangan, garis batas antre tersebut baru diterapkan di Stasiun Jakarta Kota dan Juanda. “Dalam satu bulan ke depan kami secara bertahap akan mulai melengkapi pemasangan garis batas antre di peron pada 75 stasiun KRL Jabodetabek.”
Eva mengatakan dengan penerapan garis batas antre, pengguna diimbau dapat bekerja sama mengikuti tata tertib tersebut, agar arus naik turun penumpang KRL di peron dapat lebih teratur. “Penumpang juga terhindar dari risiko bahaya seperti terjatuh atau terdorong jika kegiatan naik turun dilakukan bersamaan,” katanya.