Foto pernikahan Catur Juliantono, suporter Timnas Indonesia korban tembakan kembang api saat laga lawan Timnas Fiji, di rumahnya di Jalan Kampung Sumur, Klender, Jakarta Timur, 3 September 2017. Tempo/Zara
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menyayangkan adanya korban jiwa suporter tim nasional Indonesia saat laga melawan Fiji pada Sabtu pekan lalu. Seorang suporter Timnas bernama Catur Juliantono meninggal karena terkena ledakan sejenis kembang api saat menyaksikan pertandingan uji coba tersebut di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi.
Menurut Djarot, kejadian tersebut seharusnya tidak terjadi apabila penonton atau suporter mengikuti tata tertib serta petugas pengamanan tidak lengah.
"Ya, tentu kita berduka dengan cara seperti itu. Kok, bisa lolos? Maksudnya, petasan dan lainnya bisa lolos," ujarnya di Balai Kota Jakarta, Senin, 4 September 2017.
Catur meninggal setelah terkena kembang api yang dilempar penonton dari tribun selatan ke tribun timur. Kembang api tersebut diduga diselundupkan karena ada larangan membawa bahan mudah terbakar ke area stadion. Kejadian tersebut juga mendapat sorotan dari Koordinator Save Our Soccer Akmal Marhali.
Akmal menyebut meninggalnya Catur merupakan akibat kelalaian panitia pelaksana (panpel) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Menurut dia, kejadian tersebut bukanlah yang pertama kali sehingga harus menjadi renungan dan introspeksi bersama dalam dunia sepak bola.
Menurut Akmal, ada banyak hal yang harus segera dibenahi secara serius terkait dengan keamanan dan kenyamanan penonton. Adapun Djarot menilai peristiwa tersebut merupakan persoalan olahraga yang tidak fokus pada peningkatan kualitas diri sehingga masyarakat berlaku seperti tidak tahu aturan.
"Pesan saya, mari kita konsentrasi kepada peningkatan kualitas sendiri. Jangan hanya persoalan korban, itu dampak. Bagaimana kita kehilangan fokus untuk peningkatan kualitas olahraga kita," ujarnya.