3. Dikendalikan oleh seorang bos besar
Dalam menekuni pekerjaan sengaja bajak laut, komplotan ini dikendalikan oleh seseorang. Bahkan, komplotan ini hanya 1 dari 4 kelompok bajak laut yang dikendalikan oleh orang yang sama.
"Mereka terorganisir dan ada yang biayai mereka," ujar Yusir.
Sampai saat ini, Yusri mengatakan satu pimpinan mereka masih diburu oleh polisi. Jaringan ini juga terbagi dalam empat kelompok yang berbeda.
"Mereka terorganisir dan ada yang biayai mereka. Mudah-mudahan segera kami bisa tangkap," kata Yusri.
4. Merompak hingga ke perairan Kalimantan
Tak cuma beroperasi di Teluk Jakarta, komplotan ini juga beraksi hingga ke perairan Kalimantan. Sebelum melakukan aksi pembajakan kapal nelayan, komplotan itu terlebih dahulu memetakan wilayah lalu lalang kapal calon korban.
Saat nelayan pulang melaut, mereka akan mencegat kapal nelayan di tengah laut dengan kapal kayu dan merampok seluruh hasil tangkapan nelayan beserta harta benda lainnya. Aksi mereka baru terhenti setelah diringkus polisi di perairan Pulau Sabira, Kepulauan Seribu, Ahad dini hari lalu.
5. Nekat ingin menabrak perahu polisi saat ditangkap
Direktur Polairud Kombes Edfrie R. Maith menceritakan penangkapan komplotan tersebut dipenuhi ketegangan, sebab para perompak itu mempersenjatai diri dengan senjata api sehingga polisi harus berhati-hati.
Selain itu, para perompak yang menggunakan perahu motor tanpa nama itu melawan saat ditangkap. Mereka nekat ingin menabrakkan perahunya ke perahu polisi saat digrebek.
"Pada saat anggota menemukan kapal tersebut, mereka berusaha lari dan menabrakkan kapal mereka ke kapal anggota," ujar Edfrie saat dihubungi Tempo, Selasa, 21 Juli 2020.