TEMPO Interaktif, Jakarta: Heboh hantu kuntilanak di Tanah Tinggi, Kawasan Senen, Jakarta Pusat, yang mengundang warga bedatangan, wajar terjadi di masyarakat perkotaan seperti Jakarta. "Itu bisa terjadi karena tekanan hidup perkotaan dan masyarakat yang stress," kata kriminolog dari Universitas Indonesia, Adrianus Meliala.
Menurut dia, masyarakat yang mempercayai hal-hal anomali seperti hantu, SMS palsu, dan berita sekadar rumor, merupakan gejala normal dalam kehidupan yang kompleks dan serba modern. "Itu akan cepat kembali normal ketika sudah dibantah dan diklarifikasi," tuturnya.
Hantu kuntilanak kemarin petang dipercayai oleh sebagain warga menampakkan diri di sebuah rumah kosong di Tanah Tinggi. Warga dari berbagai lokasi seperti Salemba dan Kwitang, sekitar lima kilometer dari lokasi, berdatangan menyaksikan mahluk halus tersebut.
Karuan saja, polisi kerepotan mengamankan penduduk yang terus berjubel dan memacetkan sebagian arus lalu lintas. Polsek Johor Baru, yang membawahi wulayah Tanah Tinggi, terpaksa minta bantuan aparat ke Polres Jakarta Pusat dam sejumlah polisi sektor.
Adrianus menambahkan, di masyarakat perkotaan masih menyisakan ruang untuk mempercayai hal-hal gaib seperti kuntilanak. "Modernitas tidak selalu terkait dengan rasionalitas. Sebagian masih menganut hal-hal yang tidak rasional," kata dia.
Pagi tadi, jumlah warga yang berbondong-bondong ke rumah Susi Susanti, pemilik rumah, mulai surut. Suara mengaung, diduga dari kuntilanak, yang semalam terdengar tak lagi bersuara. Seorang warga mengatakan, isu hantu sengaja disebarkan oleh salah satu penduduk yang bertengkar dengan tetangganya. "Ada hubungan yang tak harmonis," katanya tanpa menjelaskan lebih jauh. Polisi memberi garis pita kuning pada ruang kosong di lantai dua rumah Susi tersebut.
Tito Sianipar