TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Isnawa Adji mengingatkan dampak musim kemarau, yaitu krisis air bersih di beberapa wilayah Ibu Kota.
Menurut Isnawa, tahun ini BMKG memang belum mengeluarkan peringatan dini kekeringan meteorologis untuk wilayah yang lebih spesifik di Jakarta. Namun, jika merujuk pada peringatan dini kekeringan meteorologis yang pernah dikeluarkan BMKG pada tahun 2019, ada 15 kecamatan yang masuk ke dalam wilayah rawan kekeringan.
Di Jakarta Pusat, wilayah rawan kekeringan adalah di Menteng, Gambir, Kemayoran dan Tanah Abang. DI Jakarta Utara, daerah rawan berada di Cilincing, Tanjung Priok, Koja, Kelapa Gading, dan Penjaringan. "Di Jakarta Selatan, daerah rawan di Tebet, Pasar Minggu, Setiabudi, sedangkan di Jakarta Timur berada di Makasar, Pulogadung, Cipayung,” kata Isnawa dalam keterangannya pada Selasa, 10 Mei 2022.
Daerah yang belum terlayani oleh jaringan perpipaan air bersih juga perlu diwaspadai karena rawan mengalami krisis air bersih. “Seperti di Kecamatan Jagakarsa, Pasar Minggu dan sebagian wilayah Kecamatan Cilandak,” kata Kepala BPBD DKI itu.
Untuk mengantisipasi kekeringan saat musim kemarau, BPBD DKI juga telah berkoordinasi dengan para Wali Kota dan Bupati untuk menghitung kebutuhan air bersih. Termasuk juga dengan Dinas Sumber Daya Air (SDA) dan PD PAM Jaya.
“Kami saling berkoordinasi untuk mengantisipasi dampak kekeringan akibat musim kemarau. Kami menyiagakan Instalasi Pengolahan Air (IPA) mobile dan juga mobil-mobil tangki air agar siap memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga Jakarta saat terjadi kekeringan,” katanya.
Menurut data BPBD, dalam rentang waktu lima tahun terakhir (2017-2021), musim kemarau memberikan dampak kekeringan. Bahkan pada September 2019, pemerintah daerah membentuk Satgas Air Bersih untuk memastikan pasokan air bersih tersedia bagi masyarakat.
Saat ini BMKG memperkirakan curah hujan akan berada pada kondisi atas normal, yakni curah hujan musim kemarau lebih tinggi. Sedangkan, puncak musim kemarau diprakirakan terjadi pada bulan Juli-September 2022.
BMKG mencatat dalam sepekan terakhir selama periode 1-7 Mei 2022, suhu maksimum berkisar antara 33-36,1 derajat Celsius. Lembaga ini memastikan suhu udara terik yang terjadi bukan fenomena gelombang panas, melainkan dipicu oleh beberapa faktor, seperti posisi matahari yang saat ini berada di utara ekuator. Hal ini menandakan sebagian wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau.
Baca juga: Musim Kemarau, BPBD DKI Jakarta dan Dinas SDA Koordinasi soal Air Bersih