TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pedagang di Blok G Pasar Tanah Abang, Amin, mengeluhkan sepinya pembeli. Laki-laki berusia 70 tahun bercerita terkadang tak ada satu pun orang yang membeli dagangannya.
"Enggak tentu. Kadang-kadang cuma laris dua potong (per bulan). Untuk jajan, untuk ongkos saja enggak nutup," ujar Amin saat ditemui di kiosnya yang berada di lantai 1 Blok G, Ahad, 9 Juli 2023.
Pedagang pakaian ini bercerita, Pasar Tanah Abang Blok G sempat ramai hingga ke lantai 2 dan 3. Semua kios terisi penuh, pembeli datang silih berganti.
Namun, seiring berjalannya waktu pembeli makin sepi. Satu per satu pedagang angkat kaki. Mereka mencari tempat baru untuk mempertahankan bisnis demi memenuhi kebutuhan hidup.
Amin bercerita Sudha menjadi pedagang kaki lima di Tanah Abang sejak 1995. Namun, baru 17 tahun yang lalu dia memiliki kios di Blok G.
Meski pengunjung sepi dan penghasilan kian tak pasti, Amin memilih bertahan di Blok G. "Mau cari tempat lagi biaya enggak ada. Umur, tenaga, udah enggak sanggup," kata perantau itu yang berasal dari Solok, Sumatera Barat.
Dia dan istri tinggal di Pulo Gebang, Jakarta Timur, bersama anaknya yang sudah mampu mencari penghasilan sendiri. Ia lebih memilih berdagang pakaian di Blok G ketimbang mencari kerjaan yang lain atau menganggur.
Kios milik Amin berada di persimpangan antara toko-toko lain yang sudah tutup lebih dulu. Beberapa kios ditempel surat peringatan dari Perumda Pasar Jaya agar segera membayar tagihan sewa.
Lapak dagangan di sebelah Amin bahkan ditempel stiker dari sebuah Lembaga Bantuan Hukum atau LBH Independen. LBH ini menuliskan bahwa kios tersebut berada di bawah pengawasan mereka.
"Didukung oleh pernyataan Gubernur DKI Jakarta Bapak Joko Widodo, 'Pedagang lama yang kiosnya sempat disegel akan akan diberikan lagi'," demikian kalimat yang tercantum pada stikernya.
Amin berkata, pembeli pakaian yang dia jual hanyalah pelanggan tetap. Selain mereka, hampir tidak ada lagi orang yang mau datang ke Blok G. "Kalau orang-orang biasa sudah enggak mau naik, serem, kan, lihatnya? Gelap," ucap dia.
Berdasarkan pantauan Tempo, kios di lantai 1 Blok G sudah banyak yang tutup. Semua kios di bagian tengah telah tutup, tersisa pedagang di depan dekat pintu masuk saja yang masih buka, jumlahnya pun sedikit.
Lampu-lampu di kios-kios tengah sudah remang-remang, bahkan ada yang gelap total karena tak ada lagi penerangan. Suasana pengap dan berdebu dibiarkan begitu saja, kebersihan secara keseluruhan juga tidak diperhatikan lagi.
Seluruh kios yang berada di lantai 2 dan 3 pun tutup semua, aksesnya terkunci, eskalator juga telah mati. Di lantai 2 dan 3 hanya tersisa sampah-sampah, seperti plastik kemasan, kain bekas dan manekin.
Pilihan Editor: Cara Heru Budi Cek Blok G Pasar Tanah Abang yang Diduga Jadi Sarang Preman dan Tempat Nyabu