TEMPO.CO, Jakarta - Tim dari Laboratorim Modifikasi Cuaca, BRIN, kembali menunggu untuk bisa terbang dalam misi hujan buatan di langit Jakarta. Terakhir sukses dengan hujan yang cukup luas dan intensitas tinggi pada 27 Agustus lalu, misi penerbangan pada Sabtu lalu hanya berbuah hujan ringan di beberapa lokasi.
Seperti diketahui, Jakarta sedang dibekap masalah polusi udara yang memburuk di tengah musim kemarau yang sedang terjadi. Berbagai langkah dilakukan untuk mengurangi emisi polusi ke udara, sedangkan hujan diharap bisa mencuci konsentrasi yang sudah ada di udara.
Pada Sabtu lalu, tim TMC-BRIN yang didukung antara lain TNI AU serta BMKG mencoba mengoptimalkan potensi pertumbuhan awan 50-70 persen. Potensi setara atau lebih besar diprediksi baru akan hadir kembali akhir pekan ini.
"Prinsipnya kami standby. Kalau tidak ada potensi, tidak akan dipaksakan untuk terbang semai," kata Koordinator Laboratorium Modifikasi Cuaca, BRIN, Budi Harsoyo, Minggu malam 3 September 2023.
Hujan Buatan
Terpisah, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengakui kesulitan menangani polusi udara di Jakarta akibat minimnya potensi hujan.
"Masalahnya adalah hujan tidak ada," kata dia yang ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebagai ketua tim penanganan polusi udara di Jabodetabek itu, di Istana Negara, Jakarta Pusat, Jumat, 1 September 2023.
Potensi hujan selanjutnya, kata Luhut, hanya ada pada 8 dan 9 September. Setelah itu Indonesia masih akan mengalami kemarau panjang dan tidak ada potensi hujan.
Karena kondisi itu, Luhut menyebut penanganan polusi udara Jakarrta tidak akan selesai dalam 1-2 bulan. "It takes 3 months atau bahkan 1 tahun baru bisa diselesaikan," kata Luhut.
Pilihan Editor: Sopir Salah Injak Rem, Mobil Tabrak Taman dan Balita di Bekasi