TEMPO.CO, Jakarta - Air mata MD lebih sering keluar saat ia berada di Monchengladbach pada Oktober 2023 kemarin. Mahasiswi asal Cawang, Jakarta Timur yang mengikuti program magang Ferienjob ini terbang ke Jerman tanpa tahu akan tinggal dan bekerja di mana serta kemampuan Bahasa Jerman yang terbatas.
Mahasiswi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini mendaftar program ferienjob setelah melihat informasi yang dibagikan jurusannya. Ia tertarik karena ferienjob disebut masuk dalam program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) dan dapat dikonversikan menjadi 20 SKS. Dalam mengadakan program ini, UNJ bekerja sama dengan PT Sinar Harapan Bangsa (PT SHB) dan PT CVGEN.
Ia menuturkan diminta membayar Rp 150 ribu dan 350 Euro (Rp 5,9 juta) untuk pendaftaran dan pengurusan administrasi bekerja di Jerman. Bila dihitung dengan biaya-biaya lain untuk persiapan keberangkatan, total ia menghabiskan sekitar 10 juta.
Meski sudah mengeluarkan uang yang lumayan besar, MD dan peserta magang ferienjob tidak mendapat pembekalan yang matang. Pihak UNJ menyediakan kelas-kelas pengantar Bahasa Jerman dan pengenalan budaya Jerman. Sementara dari PT SHB tidak memberikan informasi detail soal pekerjaan yang akan dijalani para peserta magang ini dan apa perusahaannya.
“Kami sudah di-announce kerjanya seperti operator, tapi gak kebayang kerjanya. Hanya dikasih tahu kerja lapangan. Kami enggak tahu kalau di sana ada kendala apa, budaya kerjanya bagaimana,” kata MD saat ditemui di kampusnya, Jumat, 22 Maret 2024.
Tak hanya soal pekerjaannya yang misteri, MD juga tidak tahu sosok Direktur PT SHB Enik Ron Waldkönig yang gencar mengajak mahasiswa ikut program ini dengan iming-iming gaji besar dan pergi ke luar negeri. Saat memberikan sosialisasi lewat aplikasi Zoom Meeting, Enik pun tidak pernah menampilkan wajahnya.
Para peserta magang baru pertama kali melihat Enik setibanya di Bandara Frankfurt. Di bandara itu pula Enik langsung membagi-bagi mereka menjadi beberapa kelompok.
Tiap kelompok mahasiswa dibelikan tiket kereta api dengan tujuan yang berbeda untuk bertemu dengan agen penyalurnya masing-masing. Tanpa pendampingan sama sekali, para mahasiswa hanya diberi alamat dan diminta berangkat sendiri. “Kami bingung, meski dapat pembelajaran soal transportasi tapi itu visual saja, praktiknya enggak,” tuturnya.
Tak hanya oleh PT SHB, agen penyalur juga tidak mendampingi MD dan teman-temannya bertemu dengan perusahaan pemberi kerja. Lagi-lagi mahasiswa yang kebanyakan belum pernah ke luar negeri ini hanya diberi alamat dan diminta datang sendiri.
Pengetahuan yang terbatas soal kehidupan di Jerman, membuat MD datang terlambat dari waktu yang dijanjikan oleh perusahaan pemberi kerja. Konsekuensinya ia harus kembali lagi besok. “Sempat nyasar-nyasar,” tuturnya.
MD akhirnya resmi menjadi pekerja magang di salah satu perusahaan pengelola rest area. Mula-mula ia ditempatkan sebagai petugas kasir minimarket. Kemampuan bahasa yang terbatas membuatnya sulit berkomunikasi dengan pelanggan dan mengenali produk yang dijual. “Kerjaan saya sebulan pertama nangis dan menulis cara pengucapan nama produk-produk,” tuturnya.
Pada bulan kedua, perempuan 22 tahun ini dipindahkan ke bagian kitchen. Meski hobi memasak, MD merasa jauh lebih tertekan. Alhasil ia hanya bertahan sekitar tiga pekan di bagian ini sebelum dikembalikan ke minimarket.
Bareskrim Sebut 33 Universitas di Indonesia Diduga Ikut Ferienjob
Direktorat Tindak Pidana Umum (Dittipidum) Bareskrim Mabes Polri mengungkap kasus dugaan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) dengan modus pengiriman program magang mahasiwa ke negera Jerman melalui program Ferienjob.
Direktur Tipidum Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Djuhandhani Rahardjo Puro mengatakan, kasus ini bermula dari laporan 4 orang mahasiwa yang sedang mengikut program Ferienjob mendatangi Kedutaan Republik Indonesia (KBRI) Jerman
“Setelah dilakukan pendalaman hasil dari KBRI mengungkap bahwa program ini dijalankan oleh 33 Universitas di Indonesia,” kata Djuhandhani melalui keterangan resmi yang dibagikannya pada Rabu, 20 Maret 2024. Sebanyak 1.047 mahasiswa ini terbagi ke 3 agen tenaga kerja di Jerman.
Perihal kronologi kejadiannya, kata Djuhandhani, para mahasiswa mendapat sosialisasi dari CVGEN dan PT. SHB. Mereka dibebankan biaya pendaftaran sebesar Rp 150.000, dan membayar 150 Euro untuk membuat LOA (Letter Of Acceptance).
“Para mahasiswa juga harus membayar dana talangan sebesar Rp30.000.000 sampai Rp 50.000.000 ucap Djuhandhani.
Dana talangan itu nantinya dipotong dari penerimaan gaji setiap bulan.
Setiba di Jerman, para mahasiwa diberikan surat kontrak kerja oleh PT SHB untuk kemudian didaftarkan ke Kementerian Tenaga Kerja Jerman dalam bentuk bahasa Jerman yang tidak dipahami. Mereka mau tidak mau harus menandatangani surat kontrak kerja dan working permit. Para korban diminta untuk menjalankan Ferienjob dalam waktu 3 bulan mulai dari Oktober 2023 sampai Desember 2023.
PT SHB, lanjut Djuhandhani, sudah menjalin kerjasama dengan Universitas yang sudah tertuang dalam Memorandum of Understanding (MoU). Disebutkan bahwa ferienjob masuk ke dalam program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM). Mereka juga menjanjikan program magang yang dapat dikonversikan menjadi 20 SKS
Pilihan Editor: Perdagangan Orang Berkedok Magang ke Jerman Diikuti 33 Universitas, Mahasiswa Bayar Puluhan Juta Dipotong Gaji