Profil dan Kekayaan Erintuah Damanik
Erintuah Damanik lahir di Pematangsiantar pada 24 Juli 1961. Dia merupakan hakim Pembina Utama Madya di PN Surabaya untuk perkara Kelas IA Khusus. Dia pernah menempuh pendidikan S1 Hukum di Universitas Jember dan lulus pada 1986. Lalu, dia melanjutkan studinya ke program magister (S2) Ilmu Hukum di Universitas Tanjungpura dan tamat pada 2009.
Melansir laman Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara elektronik (e-LHKPN) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Erintuah Damanik terpantau pertama kali menyampaikan jumlah hartanya ketika menduduki kursi hakim di PN Pontianak, Kalimantan Barat. Total kekayaannya kala itu sebesar Rp 605.522.263 per 5 Mei 2008 dan Rp 1.245.985.780 per 30 Oktober 2010.
Pada 2016, dia ditempatkan di PN Medan, Sumatra Utara, dengan jumlah kekayaan meningkat hingga menjadi Rp 6.253.208.362 per 18 April. Pada jabatan yang sama, dia kembali menyerahkan LHKPN selama tiga tahun berturut-turut, yaitu sebesar Rp 7.528.201.612 (2017), Rp 7.817.701.612 (2018), dan jumlah yang sama sebesar Rp 7.817.701.612 pada 2019.
Kemudian, Erintuah dipindahtugaskan ke PN Surabaya, Jawa Timur, dengan jumlah harta tiga tahun berturut-turut sebesar Rp 7.932.701.612 (2020), Rp 7.516.000.000 (2021), dan Rp 8.055.000.000 (2022).
Terbaru, total kekayaan Erintuah yang dilaporkan ke KPK sebesar Rp 8.204.000.000 per 16 Januari 2024, dengan rincian sebagai berikut:
- Tanah dan bangunan: Rp 3.340.000.000.
- Alat transportasi dan mesin: Rp 730.000.000.
- Harta bergerak lainnya: Rp 634.000.000.
- Surat berharga: -
- Kas dan setara kas: Rp 3.500.000.000.
- Harta lainnya: -
- Utang: -
Dalam LHKPN-nya, Erintuah mengaku mempunyai enam bidang tanah dan/atau bangunan yang terletak di Semarang (Jawa Tengah), Pontianak, Simalungun (Sumatera Utara), dan Merangin (Jambi). Aset-aset properti tersebut disebutnya berasal dari hasil usaha sendiri dengan luas berkisar antara 144 hingga 454 meter persegi.
Erintuah Damanik juga memiliki empat unit alat transportasi, baik roda dua maupun roda empat, meliputi mobil Toyota Kijang Innova Minibus (2007), motor Yamaha Mio (2014) dari hibah dengan akta, mobil Toyota Fortuner Minibus (2018), dan mobil Honda CRV Minibus (2018).
Andika Dwi, Raden Putri Alpadillah Ginanjar, dan Melynda Dwi Puspita berkontribusi dalam penulisan artikel ini.