TEMPO Interaktif, Jakarta -Peluh Doni mengucur deras saat ia sedang membeli amplop merah di pinggir jalan. Doni, yang keturunan Tionghoa itu, membeli amplop untuk dibagikan kepada keponakannya. Dalam tradisi Imlek, bagi-bagi uang itu dinamakan bagi angpau.
Karena belum menikah, Doni belum boleh membagikan angpau. Dalam tradisi Tionghoa, hanya yang sudah menikah saja yang boleh bagi-bagi angpau. "Saya beli amplop ini untuk mama saya," kata dia, Rabu (3/2).
Doni merupakan salah satu orang yang merayakan Imlek yang terpantau di kawasan Pancoran Glodok, Jakarta Barat. Di pasar itu nuansa Imlek sangat kental. Maklum penjual dan pembeli di sana kebanyakan keturunan Tionghoa. Warna merah, lampion, bunga meihwa, kue keranjang, baju Cina, dan lilin merupakan barang yang dijajakan di sana.
"Saya mau beli baju buat keponakan yang kecil-kecil," kata Doni.
Baju anak untuk usia lima tahun rata-rata dijual dengan harga Rp 70 ribu per setel. Cukup mahal memang, tapi menurut Doni harga itu masih bisa ditawar. Ia akan berusaha akan mendapatkan 2 setel dengan harga Rp 70 ribu. "Di sini harus pinter-pinter nawar," kata dia.
Menurut Doni, tidak ada yang istimewa dalam perayaan imlek kali ini. Ia hanya berharap keluarganya diberikan kesehatan. Dan usaha keluarga yang ia kelola semakin lancar. "Setiap perayaan Imlek saya terima jadi saja. Orang tua yang sibuk," kata dia.
Para pedagang di Glodok pun menambahkan barang dagangannya menjelang Imlek pada 14 Februari mendatang. Farid misalnya. Ia sehari-hari berjualan kue kering dan makanan ringan. Namun untuk menyambut Imlek ia menambah dagangannya dengan lampion dan permen jelly.
"Dagangan itu saya tambahin untuk memeriahkan saja," kata Farid ketika ditemui di kiosnya, Rabu (3/2).
Farid menjual lampion dengan berbagai ukuran. Ukuran paling kecil 12 inci ia jual dengan harga Rp 50 ribu sementara untuk ukuran palng besar 24 inci ia jual antara Rp 100 sampai 120 ribu. "Masih bisa ditawar kok," kata dia.
Imlek akan jatuh pada 14 Februari. Namun, menurut Doni, satu pekan sebelum Imlek biasanya ia dan keluarga melakukan doa bersama. Bisa di Vihara atau di rumah. "Itu sudah tradisi keluarga," kata dia.
Baru pada hari H, Doni dan keluga besarnya berkumpul. Silaturahmi mengunjungi keluarga terdekat dan tak lupa juga memanjatkan doa. "Imlek udah kayak lebaran saja. Kumpul-kumpul sama keluarga," kata dia.
DANANG WIBOWO