TEMPO.CO, Jakarta - Setahun terakhir, jumlah kasus penipuan lewat Internet yang ditangani polisi meningkat pesat. Modusnya pun macam-macam. Ada yang menggunakan cerita palsu mengenai warisan atau rencana investasi yang sebenarnya tak pernah ada. Dari ribuan e-mail yang dikirim secara acak itu, ternyata ada saja yang tertarik dan membalas e-mail tersebut.
"Yang membalas e-mail biasanya akan menjadi korban komplotan penjahat penipuan," kata Kepala Satuan Reserse Mobile Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Herry Heryawan, kepada Tempo, Jumat, 22 Maret 2013.
Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya saat ini sedang menangani beberapa kasus penipuan via Internet ini. Menurut Kepala Unit III Reserse Mobile, Komisaris Jerry Raimond, modus menyebar cerita palsu melalui e-mail ini sebenarnya modus lama. Tapi tetap saja ada orang yang masih tertipu.
Jerry mencontohkan beberapa modus penipuan ini. Yang paling sering digunakan adalah kisah seorang perempuan yang mengaku asli Indonesia bernama Kusuma Wilson. Ia menikah dengan pria Inggris, dan saat ini tinggal di London. Namun, belakangan, dia tahu suaminya yang kaya itu telah memiliki istri yang sah. Walhasil, Kusuma ingin pulang ke Tanah Air dan memulai hidup baru.
Kusuma, dalam cerita palsu itu, mengaku memiliki harta sekitar US$ 2 juta dan membutuhkan seseorang untuk menampung uang itu untuk sementara, sebelum ia kembali ke Indonesia. Karena itulah ia membutuhkan pertolongan orang yang baik hati untuk menerima dan menyimpan dana tersebut. Tak lupa, si penolong diberi iming-iming 10 persen dari kekayaannya.
"Ada beberapa orang yang tertipu karena e-mail ini. Kerugiannya tak tanggung-tanggung, dari ratusan juta hingga miliaran," kata Jerry.
Itu baru satu modus, ada lagi modus lain yang ditangani Polda. Misalnya, penipuan dengan modus jalinan asmara dengan pria dari luar negeri. Biasanya perkenalan lewat media jejaring sosial ini terjadi melalui Facebook. Rasa percaya si korban terbangun karena melihat data profil si penipu yang terlihat wajar dan menjanjikan.
"Padahal belum tentu yang di Facebook itu benar-benar orang yang mereka ajak berkomunikasi atau chatting. Bisa juga akun itu yang mengoperasikan orang lain," kata Jerry.
MUNAWWAROH
Berita Terpopuler:
5 Pemain yang Membuat Barcelona Kian Garang
Jenderal Polisi Tajir, Hartanya Dinilai Tak Wajar
Serangan Jantung, Ricky Jo Meninggal Dunia
KPK Tangkap Pimpinan Pengadilan Negeri Bandung
Pembongkaran Gereja Bekasi Dinilai 'Over Acting'