TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Kesehatan DKI Jakarta lebih mengutamakan pemberantasan sarang nyamuk ketimbang fogging atau pengasapan untuk mencegah demam berdarah.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Koesmedi Priharto mengatakan pengasapan lebih efektif mencegah penularan. "Kami menginstruksikan agar melakukan pemberantasan sarang nyamuk setiap hari," kata Koesmedi, Selasa, 16 Februari 2016.
Menurut dia, pemberantasan sarang nyamuk lebih efektif mencegah karena membunuh nyamuk saat masih jentik. "Nyamuk belum sempat berkembang."
Baca: Ini Alasan Ahok Belum Tetapkan Status Darurat DBD
Karena itu, kata Koesmedi, fogging hanya dilakukan jika di wilayah tersebut telah ditemukan kasus demam berdarah "Baru di-fogging untuk membunuh nyamuk dewasa," ujarnya.
Hal tersebut juga sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pengendalian Demam Berdarah. Dalam aturan tersebut disebutkan jika fogging bisa dilakukan setelah puskesmas setempat melakukan penyelidikan epidemiologi atau kajian untuk melihat sejauh mana penularan demam berdarah di wilayah bersangkutan. "Itu ada aturannya," kata Koesmedi.
Jika fogging dilakukan sembarangan, dikhawatirkan nyamuk akan kebal terhadap obat kimia tersebut. "Malah tak ada efeknya," kata Koesmedi. Dia berharap masyarakat tak meminta pihak lain melakukan fogging jika tak ada izin dari puskesmas setempat.
Hal sama disampaikan Wali Kota Jakarta Selatan Tri Kurniadi. Dia mengatakan sudah menginstruksikan jajaran di kecamatan dan kelurahan untuk memberantas sarang nyamuk. "Di wilayah kami memang menunjukkan peningkatan, jadi kami tekan terus dengan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)," katanya.
Baca: Korban DBD di Tangerang Terus Berjatuhan, 15 Meninggal
Secara rutin, pemberantasan sarang nyamuk serentak dilakukan setiap Jumat. Namun sebulan belakangan pemberantasan dilakukan setiap hari. Kader jumantik pun diminta berperan lebih aktif dalam pemberantasan sarang nyamuk ini. "Kalau fogging dilakukan jika sudah ada kasus saja," ujarnya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI sampai 16 Februari 2016 pukul 12.00 WIB, jumlah kasus demam berdarah sudah mencapai 1.611 kasus, terdiri atas 980 kasus di bulan Januari dan sisanya bulan ini.
Kasus DBD terbanyak ditemukan di Cengkareng, Jakarta Barat. Menyusul Koja Jakarta Utara, Duren Sawit Jakarta Timur, dan Pasar Minggu Jakarta Selatan. Paling sedikit kasus ditemukan di Jakarta Pusat.
NINIS CHAIRUNNISA