TEMPO.CO, Jakarta - Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian mengatakan tak pernah menerima telegram rahasia dari Kepala Kepolisian RI Jenderal Badrodin Haiti yang berisi imbauan ancaman terorisme menggunakan racun sianida. "Saya tidak terima telegram, saya hanya terima info dari Densus (Detasemen Khusus)," ujar dia, di kantornya, Rabu, 17 Februari 2016.
Kendati demikian, Tito berujar info yang diterimanya dari Densus sudah disampaikan sebagai bentuk antisipasi kepada anak buahnya. Menurut Tito, ancaman teror sianida terhadap aparat kepolisian bukanlah modus baru. "Dulu tahun 2009-2010 pernah kita tangkap yang masukkin racun ke minuman di suatu Polsek di Jakarta Pusat," ucapnya.
Sehingga, polisi sudah menyiapkan langkah antisipasi. Namun, Tito enggan menyebutkan rincian langkah yang disiapkan.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti membeberkan alasannya mengeluarkan telegram rahasia terkait imbauan ancaman terorisme menggunakan racun sianida kepada seluruh jajarannya di Indonesia. “Kami dapat informasi dari intelijen,” tutur Badrodin di kantornya, Senin, 15 Februari 2016.
Badrodin mengatakan bahwa ia mendapatkan informasi dari intelijen. Teroris berencana untuk menggunakan racun sianida sebagai senjata untuk menyerang polisi. Ini dilakukan oleh teroris karena terinspirasi dari kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin yang tewas dengan cara yang sama.
Karena itu, dia merespons dengan mengimbau seluruh jajarannya agar waspada dengan segala bentuk ancaman terorisme. Menurut dia, kepolisian memang menjadi target utama serangan para teroris. “Karena itu mereka bisa melakukan segala cara,” tutur dia.
Badrodin menerbitkan telegram rahasia bernomor STR/11/2016/ROOPS yang berisi ancaman terorisme menggunakan racun sianida. Imbauan itu kemudian diteruskan ke seluruh daerah hingga kepolisian sektor.
GHOIDA RAHMAH | AVIT HIDAYAT