TEMPO.CO, Bogor - Pengelola Kebun Raya Bogor (KRB) kini memiliki alat sonic tomography untuk mendeteksi kondisi pohon. Alat itu dapat mendeteksi "penyakit" di dalam pohon yang tak kasat mata tanpa perlu merusak tumbuhan itu.
"Alat yang bernama sonic tomography ini milik kita sendiri," kata Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor (KRB) Didik Widyatmoko, Kamis, 19 Mei 2016.
Pembelian itu dilakukan setahun setelah kejadian pohon damar tumbang karena keropos dimakan rayap. Pohon itu menewaskan tujuh pengunjung dan menyebabkan puluhan orang luka-luka.
Alat canggih buatan Jerman itu dibeli sendiri oleh Kebun Raya Bogor untuk memeriksa semua pohon, baik koleksi maupun pohon yang ada di kawasan Kebun Raya. "Setelah musibah tahun lalu, kami memutuskan membeli sendiri alat ini langsung dari Jerman," ujarnya.
Harga alat itu sangat mahal, mencapai ratusan juta rupiah. Namun pengelola Kebun Raya Bogor mengatakan alat tersebut dapat digunakan untuk memeriksa semua pohon milik Kebun Raya Bogor dan kebun raya daerah lain. "Peneliti kami yang akan mengoperasikannya," tuturnya.
Dengan alat itu, peneliti memeriksa kondisi pohon dari kayu, akar, hingga ranting pohon. "Sekarang masih terus dilakukan pemeriksaan kondisi kesehatan pohon yang ada," ucapnya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan sonic tomography, sekitar 200 pohon ditebang karena kondisinya sudah rawan tumbang. "Tapi lebih banyak yang kami tangani dengan cara pemangkasan dahan pohon yang dianggap rawan patah dan tumbang," katanya.
Staf Humas Kebun Raya Bogor Doni Darusallam mengatakan, meski sudah banyak pohon yang ditebang dan dipangkas, KRB tetap memasang tanda peringatan agar pengunjung waspada pohon tumbang. "Sejumlah titik, terutama di lokasi yang terdapat pohon besar dan berumur ratusan tahun, imbauan waspada akan pohon tumbang dipasang," ujarnya.
Bahkan pihak keamanan KRB pun melakukan patroli setiap saat ke semua lokasi di area Kebun Raya Bogor untuk memastikan kondisi keamanan dan keselamatan masyarakat serta pengunjung. "Petugas keamanan tetap melakukan patroli," tuturnya.
M. SIDIK PERMANA