TEMPO Interaktif, Jakarta -Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai tingkat kelayakan kota Jakarta sebagai kawasan huni manusia jauh dari nyaman untuk ditinggali. "Sudah sangat tidak nyaman untuk ditinggali warganya,"Ujar Tulus Abadi, salah satu pengurus YLKI, Sabtu, 17 September 2011.
Menurutnya, Jakarta yang digadang-gadang sebagai daerah termaju dengan infrastruktur canggih di Indonesia belum mampu memberikan kenyamanan bagi warganya. Tingginya angka kriminalitas menunjukan ibu kota negara ini tidak layak dihuni. "ini menunjukan kegagalan manajemen kota akhirnya menunjukan kota tidak manusiawi."
Dalam analisa lembaganya, sebuah kota yang nyaman ditinggali mampu memberikan rasa aman bagi warganya terutama soal kriminalitas. Namun, Jakarta sebagai tujuan utama kaum urban di Indonesia mengadu nasib saat ini justru masih menunjukan tingkat kriminalitas yang cukup tinggi. Pembunuhan, pemerkosaan, merupakan hal yang mudah ditemui di Jakarta.
Tulus menunjukkan contoh Bogota, ibu kota Kolumbia, sebagai salah satu kota kriminalitas dunia yang kini telah berbenah menjadi kota yang layak huni. Awalnya kota ini terkenal sebagai sarang mafia obat bius dan obat-obatan terlarang dengan kasus kriminalitas tertinggi di dunia. "Kini tingkat kriminalitasnya turun hingga 80 persen." Hingga banyak wisatawan yang datang ke negeri itu.
Tapi di Jakarta yang terjadi justru sebaliknya, tata manajemen kota yang buruk dengan sarana infrastruktur yang lemah mendorong suburnya pertumbuhan kejahatan. "Karena buruknya infrasturktur dan manajemen kota, akhirnya kriminalitas tinggi.
Untuk mengubah kondisi ini, Tulus berharap Pemerintah DKI Jakarta membenahi kota. Terutama mengenai tata kelola manajeman kota yang lebih baik tertata rapi termasuk infrastruktur pendukungnya.
JAYADI DUPRIADIN