TEMPO.CO, Jakarta - Transjakarta Busway adalah salah satu pilihan moda angkutan umum di Ibu Kota. Keberadaan bus ini spesial dibanding jenis transportasi lainnya karena memiliki jalur dan halte khusus.
Dalam paparan "Transjakarta Busway: Refleksi 2011 dan Rencana 2012", Kepala Badan Layanan Umum Transjakarta Muhammad Akbar mengatakan, sedikitnya ada tujuh jenis gangguan yang dialami penumpang saat menggunakan jasa bus Transjakarta.
"Data gangguan keamanan dan ketidaknyamanan di dalam bus Transjakarta menunjukkan peningkatan dalam dua tahun belakangan," kata Akbar beberapa waktu lalu. Pada 2010, total ada 159 kasus gangguan, sementara 2011 ada 332 kasus.
Gangguan pertama adalah pelecehan seksual. Data 2010, ada enam kasus pelecehan, sementara 2011 jumlahnya meningkat menjadi delapan kasus.
Kedua, penumpang terjatuh, dari 21 kasus pada 2010, naik menjadi 36 kasus pada 2011. Ketiga, penumpang terjepit ada sembilan kasus untuk 2010, berlipat menjadi 24 kasus tahun 2011.
Meskipun masih ada peningkatan kasus, ada pula kasus yang berkurang, yaitu kehilangan barang: 17 kasus tahun 2010, turun menjadi 13 kasus pada 2011. Sedangkan pemukulan satgas ada sembilan kasus sepanjang 2010, menjadi tujuh kasus di 2011.
Namun, kasus penemuan barang meningkat, dari 89 kasus di 2010 menjadi 216 kasus pada 2011. Penangkapan pencopet pun naik lebih dari tiga kali lipat dari delapan kasus tahun 2010 menjadi 28 kasus di 2011.
Data yang sama juga dirilis manajemen Transjakarta Busway yang terbit Oktober 2012. Di dalamnya, BLU menyebutkan, seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna Transjakarta, keamanan dan kenyamanan di dalam Transjakarta semakin terganggu.
Mereka mengklaim, meski belum benar-benar steril dari tindak kriminalitas, Transjakarta tetap memiliki keunggulan dibanding angkutan umum konvensional. Sebab, beberapa kasus pencopetan dapat terbongkar dan pencopetnya dapat ditangkap. Upaya serupa juga terjadi pada kasus pelecehan seksual.
