RS Pasar Rebo Ingin Sistem Online Segera Berlaku
Editor
Ahmad Nurhasim
Kamis, 21 Februari 2013 13:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, Jakarta Timur, berharap sistem integrasi online rumah sakit bisa segera diluncurkan. "Akan memudahkan pasien mencari tempat, tak perlu berkeliling," kata Kepala Humas RSUD Pasar Rebo, Dedi Suryadi, Rabu, 20 Februari 2013.
Dedi mengatakan berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta, sistem tersebut sudah dirancang. "Sedang dibikin software-nya," ujarnya. Ia mengatakan nantinya pasien yang membutuhkan tempat perawatan bisa langsung menelepon ke call center Dinas Kesehatan. "Nanti Dinas baca data kami, lalu dirujuk ke tempat yang kosong," ujarnya.
Sebelum sistem tersebut berjalan, pasien perlu berkeliling ke rumah sakit untuk mendapat tempat perawatan. "Itu bikin repot," ujarnya. Apalagi bagi pasien gawat darurat, berkeliling mencari tempat perawatan adalah hal yang memprihatinkan.
Menurut dia, selama ini sistem penerimaan pasien di rumah sakitnya masih bersifat internal. "Belum terintegrasi," ujarnya. Misalnya, bila ada pasien yang masuk ruang gawat darurat, sementara membutuhkan ruangan khusus, ia akan meminta keluarga mengantarkan surat permohonan perawatan kepada rumah sakit terdekat.
Dia memisalkan ada lima ruangan perawatan khusus, contoh Cardiothoracic Intensive Care Unit (CT-ICU) di rumah sakitnya. Satu disimpan untuk kebutuhan internal. "Berjaga-jaga bila pasien setelah operasi butuh perawatan darurat," ujarnya. Sehingga kepada calon pasien, ruang perawatan khusus itu hanya disediakan empat unit.
Sebelumnya RSUD Pasar Rebo dituding sebagai salah satu rumah sakit yang menolak pasien bayi Dera Nur Anggraeni. Bayi berumur enam hari ini meninggal setelah tak mendapat tempat perawatan khusus di sepuluh rumah sakit dengan alasan penuh. Akhirnya Dera menghembuskan nafas terakhir sebelum sempat mendapat perawatan.
"Waktu itu kondisi di kami penuh, kalau pun ada harus menunggu," ujarnya. Saat itu di RSUD Pasar Rebo, ada beberapa bayi yang harus juga dirawat di tempat lain akibat keterbatasan ruangan.
M. ANDI PERDANA