Sejumlah pedagang menunggu pembeli di Lokbin PKL Pasar Minggu, Jakarta (19/08). Pasca relokasi pedagang bertambah 50 %, hingga beberapa pedagang harus menggunakan pos lokasi binaan sebagai tempat dagang. Tempo/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta - Pedagang kaki lima di Pasar Minggu mengeluh soal sistem pengundian lapak di Lokasi Binaan (Lokbin). Menurut mereka, pengundian tersebut tidak adil.
"Saya sudah bela-belain enggak mudik, tempatin (Lokbin) dari sebelum Lebaran, sekarang harus diundi lagi," ujar Suryati, 43 tahun, Rabu, 4 September 2013. Ia mengatakan, seharusnya pedagang yang sudah nurut dan setia menempati lokbin, diprioritaskan mendapat lapak di sana.
"Masa jadi di-samain sama yang bandel-bandel sebelumnya berdagang di luar area. Diundi bareng-bareng," ujarnya ketus. Ia mengaku khawatir tak menang undian, gagal mendapat lapak di Lokbin Blok B Pasar Minggu yang berkapasitas 150 pedagang.
Hal ini dibenarkan oleh koordinator Lokbin Pasar Minggu, Abdul Rahman. Ia menyatakan, undian hari ini menentukan 150 orang yang menempati Lokbin B. "Jika melebihi itu akan disalurkan ke PD Pasar Jaya (Pasar Minggu)," ujarnya. Namun ia menolak menanggapi banyak soal protes pedagang. Ia berkata, hanya mengikuti aturan soal pengundian ini.
Sebelumnya, sudah ditetapkan 174 pedagang menempati Lokbin Blok C Pasar Minggu. Mereka menyisihkan 210 pedangang lain yang mendaftar untuk lokasi itu. 210 pedagang ini yang kemudian diundi kembali pada pagi ini.
Beberapa pedagang punya keluhan lain. Mereka protes karena sempat menempati lokasi strategis, tapi usai diundi dapat tempat yang terpencil. "Asalnya dapat di depan, jadi di pojok belakang," ujar Tarji, 34 tahun.
Namun ia mengaku masih bersyukur bisa menempati satu lapak di Lokbin Blok C Pasar Minggu. "Ya tinggal pinter-pinternya jualan aja sekarang," ujarnya pasrah.
