Pengamen Topeng Monyet Jadi Tukang Servis Payung

Reporter

Selasa, 29 Oktober 2013 03:28 WIB

Pengamen topeng monyet memberikan monyetnya minum seusai tertangkap dalam razia oleh Satpol PP di kawasan Cawang, Jakarta Timur, (22/10). Tempo/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Berjalan kaki, Tardi, 40 tahun, menyusuri permukiman warga di daerah Cipinang, Jatinegara, Jakarta Timur, untuk mencari pelanggan yang ingin memperbaiki payung. Pria bertubuh kurus ini sebelumnya menjadi pengamen topeng monyet.

Karena sang pemilik monyet takut terjaring razia topeng monyet yang sedang gencar dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sejak pekan ini, Tardi terpaksa mencoba menjadi tukang servis payung. "Bos enggak bolehin monyet keluar, tapi kan saya butuh makan. Jadi nyoba nyervis payung," kata Tardi saat ditemui di daerah Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat, 25 Oktober 2013.

Tardi mulai berkeliling menjadi tukang servis payung sejak Rabu, 22 Oktober 2013. Namun, hanya keringat dan rasa lelah yang ia dapatkan. "Dua hari begini tapi enggak dapet duit karena enggak ada yang nyervis," ujarnya.

Ketika menjadi pengamen topeng monyet sebelumnya, dalam sehari Tardi bisa memperoleh penghasilan sekitar Rp 20-25 ribu. "Beda, kalau topeng monyet pasti dapet duit, ya, minimal buat makan, mah, ada. Nah ini, 1.000 perak juga enggak," ujar pria yang mengaku menjadi pengamen topeng monyet sejak kecil.

Tardi berharap pemerintah DKI dapat memberikan pekerjaan baginya yang tidak lulus sekolah dasar ini. "Saya minta sama Bapak Jokowi, kalau memang topeng monyet dilarang, kami minta dikasih kerjaan dulu. Kalau begini, mau makan saja susah, duit enggak ada," kata Tardi.

Tardi merupakan salah satu pengamen topeng monyet yang setiap hari menyewa topeng monyet dari pemilik topeng monyet bernama Sarinah, 37 tahun, yang tinggal di daerah Cipinang, Jakarta Timur. Pada Selasa malam, 21 Oktober 2013, Sarinah yang memiliki enam ekor monyet memilih tidak mengeluarkan monyet-monyetnya karena takut terjaring razia.

Di dalam kandang yang terbuat dari kayu berukuran 130 sentimeter persegi, keenam monyet milik Sarinah itu disimpan. Kandang itu diletakkan di tepi Kali Saluran Penghubung Kanal Banjir Timur.

Sarinah mengaku membeli enam ekor ini dengan harga Rp 2-3 juta per ekor. "Saya beli monyetnya udah pinter, enggak pake dilatih lagi. Hanya dirawat. Dikasih makan, kasih vitamin," ujarnya.

Enam monyet itu diberi nama Rojali, Jambul1, Jambul2, Eti, Ucil, dan Iwan. Setiap hari, monyet-monyet itu berkeliling dengan anak buah Sarinah untuk mengamen atau melakukan pertunjukan. "Saya enggak tahu jenisnya apa itu monyet-monyet, pokoknya dia udah pinter dan bisa cari duit," kata Sarinah. "Tapi sekarang enggak bisa cari duit karena dilarang sama pemerintah, jadi saya bingung dengan nasib saya dan anak buah saya."

AFRILIA SURYANIS

Baca juga:

Aksi Mengusik Lurah Susan, FPI Beri Contoh Buruk
Perusak Rumah Adiguna Sutowo Bernama Floren

Mendagri Tak Tahu FPI Mulai Mengusik Lurah Susan

Jakarta Marathon Bikin Macet, Jokowi: Biasanya Juga Macet

Berita terkait

Perkiraan Cuaca BMKG: Hujan dan Petir Akan Melanda Jakarta

10 Desember 2018

Perkiraan Cuaca BMKG: Hujan dan Petir Akan Melanda Jakarta

BMKG membuat perkiraan cuaca dimana hujan disertai petir dan angin kencang akan melanda Jakarta.

Baca Selengkapnya

Korban Crane Ambruk di Kemayoran Jadi Pengungsi Sementara

7 Desember 2018

Korban Crane Ambruk di Kemayoran Jadi Pengungsi Sementara

Operator crane ambruk menyewa sebuah rumah untuk ditempati keluarga Husin yang rumahnya rusak tertimpa crane.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Buat Aturan Baru, Tim Pembebasan Lahan Dapat Honor

5 Desember 2018

Anies Baswedan Buat Aturan Baru, Tim Pembebasan Lahan Dapat Honor

Pergub 127 yang diteken Gubernur Anies Baswedan diharapkan mampu mempercepat program pembebasan lahan yang selama ini tersendat.

Baca Selengkapnya

Bos Sarana Jaya Ingin Sulap Tanah Abang Seperti SCBD 8 Tahun Lagi

23 Oktober 2018

Bos Sarana Jaya Ingin Sulap Tanah Abang Seperti SCBD 8 Tahun Lagi

Desain penataan Tanah Abang menjadi seperti kawasan SCBD Jakarta, masih digarap dan ditargetkan selesai tahun ini

Baca Selengkapnya

DKI Bantah Gunungan Sampah Muara Baru Imbas Konflik dengan Bekasi

22 Oktober 2018

DKI Bantah Gunungan Sampah Muara Baru Imbas Konflik dengan Bekasi

Dinas LH menjelaskan tumpukan sampah karena truk di Jakarta Utara sedang perawatan oleh agen tunggal pemegang merek (ATPM).

Baca Selengkapnya

Dinas LH: DKI Tetap Butuh Bantargebang Meski ITF Sunter Dibangun

22 Oktober 2018

Dinas LH: DKI Tetap Butuh Bantargebang Meski ITF Sunter Dibangun

ITF Sunter hanya mengelola 2.200 ton sampah per hari dan 10 % residu harus dibuang ke Bantargebang.

Baca Selengkapnya

Koalisi Masyarakat Dukung Rencana DKI Stop Eksploitasi Air Tanah

16 Oktober 2018

Koalisi Masyarakat Dukung Rencana DKI Stop Eksploitasi Air Tanah

Penghentian eksploitasi air tanah, kata Koalisi Masyarakat, bisa menekan penurunan permukaan tanah di Ibu Kota.

Baca Selengkapnya

Pemerintah DKI Susun Aturan Penghentian Eksploitasi Air Tanah

16 Oktober 2018

Pemerintah DKI Susun Aturan Penghentian Eksploitasi Air Tanah

DKI mengusulkan anggaran Rp 1,2 triliun untuk perluasan jaringan pipa air bersih menekan eksploitasi air tanah.

Baca Selengkapnya

Rekayasa Lalu Lintas, Jalan Wahid Hasyim Bakal Satu Arah

1 Oktober 2018

Rekayasa Lalu Lintas, Jalan Wahid Hasyim Bakal Satu Arah

Uji coba rekayasa lalu lintas dilakukan pada 8 Oktober hingga 23 Oktober nanti.

Baca Selengkapnya

Siap-siap Musim Hujan, 129 Kelurahan di DKI yang Terancam Banjir

13 September 2018

Siap-siap Musim Hujan, 129 Kelurahan di DKI yang Terancam Banjir

Balai Besar menjelaskan, wilayah yang berpotensi terendam banjir di Jakarta berada di daerah aliran sungai yang belum dinormalisasi.

Baca Selengkapnya