TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Divisi Monitoring dan Pelayanan Publik Indonesian Corruption Watch Siti Juliantari menilai program Kartu Jakarta Pintar tidak transparan. Hal tersebut berpotensi menimbulkan adanya penyelewengan terhadap program yang digagas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.
"Dalam website hanya dicantumkan nama penerima saja, tidak lengkap dengan alamatnya," kata dia. Jika ingin mengecek kesahihan penerima, harus mendatangi sekolah untuk meminta alamat siswa.
Ketika ICW mengecek sejumlah alamat siswa penerima KJP, ternyata ada yang palsu. "Sekolah juga bahkan ada yang tidak tahu alamat siswanya di mana," ucap dia saat dihubungi, Kamis, 26 Juni 2014.
Temuan lainnya, ia melanjutkan, banyak penerima yang tidak termasuk kategori miskin. "Kriterianya kan miskin, tapi bukti di lapangan ada yang tidak sesuai. Ini bisa jadi pemborosan anggaran," ujarnya.
Masalah lain adalah soal mekanisme pertanggungjawaban penerima KJP. Banyak kasus siswa tidak mencantumkan bukti pembelian barang dari dana KJP. Karena tidak ingin pusing, sekolah yang membuatkan.
Ia juga menemukan penerima KJP palsu. "Di daftar penerima ada namanya, tapi saat dicek orangnya tidak ada," tuturnya.
Oleh sebab itu, ia mengimbau pemerintah DKI untuk transparan dalam program ini, termasuk menyeleksi secara ketat calon penerima KJP.
Seperti diketahui, Dinas Pendidikan DKI menganggarkan sekitar Rp 1,4 triliun untuk program KJP tahun ini. Tercatat ada 611.000 siswa calon penerima dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas berhak menerima KJP pada tahun ajaran 2014/2015.
ERWAN HERMAWAN
Berita Terpopuler:
Ditawari Perlindungan Saksi, Wiranto Hanya Tertawa
Saran Ahok buat Risma Soal Penutupan Dolly
Tiang Monorel di Jakarta Dibongkar
Mei 2014, Bumi Capai Suhu Terpanas
Akun @ASEAN Diretas?
Berita terkait
Polda Metro Jaya Selidiki Pertemuan Alexander Marwata dan Eks Kepala Bea Cukai Yogya, ICW: Keliru
6 hari lalu
Peneliti ICW Diky Anandya mengatakan, pertemuan Alexander Marwata dan Eko Darmanto dilakukan dalam rangka aduan masyarakat pada Maret 2023.
Baca SelengkapnyaICW Sebut Remisi Terlihat Diobral untuk para Koruptor
16 hari lalu
Sebanyak 240 narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin mendapat remisi Idul Fitri
Baca SelengkapnyaRemisi terhadap Koruptor Dinilai Bermasalah Setelah Pencabutan PP 99 Tahun 2012
19 hari lalu
Eks Penyidik KPK Yudi Purnomo Harahap menilai remisi terhadap para koruptor lebih mudah setelah pencabutan PP 99 Tahun 2012 oleh Mahkamah Agung.
Baca SelengkapnyaReaksi Pengamat dan Aktivis Antikorupsi Soal Wacana KPK dan Ombudsman Dilebur
21 hari lalu
Muncul kabar bahwa KPK dan Ombudsman akan dilebur, bagaimana respons aktivis antikorupsi dan para pengamat?
Baca SelengkapnyaAwal Mula Berhembus Kabar KPK Digabung dengan Ombudsman
24 hari lalu
tersiar kabar KPK akan dihapuskan lalu digabungkan dengan Ombudsman, bagaimana awalnya?
Baca SelengkapnyaWacana Peleburan KPK dengan Ombudsman, Apa Tanggapan ICW dan IM57+ Institute?
25 hari lalu
Wakil Ketua KPK Alexander Marwata menyebut adanya kemungkinan KPK dan Ombudsman akan digabung.
Baca SelengkapnyaKorupsi di PT Timah Berlangsung Sejak 2015, ICW Heran Pejabat Daerah Seolah Tak Tahu
25 hari lalu
ICW meminta Kejaksaan Agung tak hanya mengejar pelaku secara personal, tapi korporasi dalam kasus korupsi di kawasan IUP PT Timah.
Baca SelengkapnyaInformasi OTT KPK Sering Bocor, Alexander Marwata: Tidak Pernah Terungkap
26 hari lalu
Wakil Ketua KPK mengatakan, hanya orang-orang yang sial saja yang terkena OTT
Baca SelengkapnyaICW Ungkap Rencana KPK Hapus Bidang Penindakan dan Gabung Ombudsman Telah Dibahas di Bappenas
27 hari lalu
Peneliti ICW Kurni Ramadhana mengatakan rencana KPK bubar lalu gabung Ombudsman bukan isapan jempol, sudah dibahas di Bappenas.
Baca SelengkapnyaMantan Napi Korupsi Melenggang Menjadi Anggota Dewan: Nurdin Halid dan Desy Yusandi
31 hari lalu
ICW temukan 56 mantan napi korupsi ikut dalam proses pencalonan anggota legislatif Pemilu 2024. Nurdin Halid dan Desy Yusandi lolos jadi anggota dewan
Baca Selengkapnya