"Cibubur" Paling Populer di Pasar Baju Bekas Senen
Editor
Anton Septian
Minggu, 8 Februari 2015 20:12 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pasar baju bekas di bilangan Senen, Jakarta Pusat yang sempat terbakar, kini ramai kembali. "Di sini kebanyakan asalnya dari Cibubur," kata seorang pedagang bernama Herman, 33 tahun, kepada Tempo, Ahad, 8 Februari 2015.
Ternyata, kata dia, "Cibubur" itu ada singkatannya. Pengunjung yang sebagian besar adalah para pemuda ini hobinya sama: Cibubur alias "ngacak-ngacir-kabur". Menurut Herman, para pengunjung ini awalnya terlihat asyik memilih pakaian bekas yang digantung maupun yang ditumpuk menggunung. Namun, akhirnya mereka melengos pergi. "Yang muda-muda ini orang Cibubur," teriaknya diikuti gelak tawa pedagang di lapak lainnya.
Tapi, dia tetap senang dengan banyaknya pengunjung yang datang ke lapak jualan yang sudah 5 tahun dia sewa itu. Dia mengatakan, dalam 3 tahun terakhir bahkan para pemuda inilah yang memadati kios-kios lantai 2 Pasar Senen.
Selain itu, dia mengatakan pengunjung sepanjang masa di sana tentu ada di kalangan para ibu. Mereka ini adalah golongan yang paling rajin bergerilya memilah barang-barang jualannya.
"Kalau ibu-ibu kebanyakan beli baju yang di tumpukan," kata dia.
Adapun, dia menjelaskan ada perbedaan antara baju yang digantung rapi dengan yang dibiarkan menggunung di atas meja. Baju-baju bekas yang menggantung adalah kaos dan kemeja yang sengaja dia pilih karena kondisinya yang masih bagus. Sedangkan itu, baju-baju yang menggunung kebanyakan kaos-kaos yang masih layak pakai tapi ada banyak cacatnya. Misalnya, kelunturan, sobek pada bagian lengan, atau warna baju yang sudah memudar. Karena itu, banderol harga pun berbeda. Baju yang digantung dijual mulai Rp 15.000-Rp 25.000. Baju yang dibiarkan menggunung biasa dijual dengan harga sepertiganya, Rp 5.000.
Tapi, dia heran karena miringnya harga tak mengurungkan niat pembeli untuk menawar harga lebih murah. "Banyak yang mau kemeja bagus dengan harga Rp 5.000, ya mana bisa, tekor saya," kata dia.
YOLANDA RYAN ARMINDYA