TEMPO.CO, Jakarta: Koalisi Indonesia Hebat di DPRD Jakarta mulai pecah ketika Dewan berencana untuk mengajukan hak angket terhadap Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok terkait dengan Rancangan APBD Jakarta 2015.
Koalisi partai pendukung pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang terdiri atas PDIP, NasDem, PKB, Hanura, dan PKPI itu ternyata tak bersuara bulat dalam soal hak angket.
Satu per satu partai anggota Koalisi mundur dari dukungan untuk hak angket.
Partai Kebangkitan Bangsa
Pada mulanya Partai Kebangkitan Bangsa mencabut dukungan. Ketua Fraksi PKB DPRD DKI Jakarta Hasbiallah Ilyas berpendapat Dewan seharusnya memakai hak interpelasi atau mempertanyakan kebijakan Ahok terlebih dulu sebelum menggulirkan hak angket. "Mengapa tidak duduk bersama dan dialog lebih dahulu dengan eksekutif?" katanya saat dihubungi Tempo, Senin, 23 Februari 2015.
Partai Nasional Demokrat
Lalu Partai Nasional Demokrat (NasDem) mencabut pula dukungannya pada Senin, 2 Maret 2015. "Atas instruksi Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, kami sampaikan bahwa NasDem mengundurkan diri dari panitia hak angket di DPRD," kata Sekretaris Jenderal NasDem Patrice Rio Capella.
PDI Perjuangan
Ahok sudah bertamu ke Presiden Joko Widodo, tapi hingga kini PDI Perjuangan belum bersikap. Namun, Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDIP A.P. Batubara meminta Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri segera menginstruksikan kader partainya di DPRD Jakarta untuk mencabut hak angket itu.
"Saya minta Megawati instruksikan kader PDIP cabut hak angket. Kalau mereka tidak mau, saya minta tarik kader dari DPRD," kata Batubara pada Senin lalu.
Partai Lain Menyusul
Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH), Victor Silaen, memperkirakan langkah Partai NasDem bakal diikuti partai lain.
"Mungkin juga NasDem bisa mempengaruhi PDIP untuk ikut langkahnya (mencabut hak angket) dan akhirnya partai-partai lain pun ikut. Mungkin juga ada transaksi politik dengan PDIP, tapi agar tidak malu maka NasDem dulu yang melontarkan isu ini," kata Victor di Jakarta, Senin.
PDIP adalah pemegang kursi terbanyak di DPRD Jakarta, yakni 28 dari total 106 kursi. PKB dan NasDem berturut-turut memegang enam dan lima kursi. Kalau tiga partai itu bergabung menolak hak angket, kekuatannya baru mencapai sepertiga kursi di Dewan.
RAYMUNDUS RIKANG | ANTARA
Berita terkait
Ahok Kritik Penonaktifan NIK KTP Jakarta: Jangan Merepotkan Orang
3 hari lalu
Bulan lalu, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta mengajukan penonaktifan terhadap 92.493 NIK warga Jakarta ke Kemendagri.
Baca SelengkapnyaCerita Ahok Soal Ide Bangun Parkir Bawah Tanah Monas untuk Atasi Kemacetan Jakarta
3 hari lalu
Mantan Gubernur DKI Jakarta Ahok mengatakan konsep tempat parkir bawah tanah Monas ini sempat masuk gagasannya.
Baca SelengkapnyaHadiri Penetapan Caleg Terpilih di Solo, Gibran Berharap Bisa Merangkul Semua Kekuatan Politik
3 hari lalu
Gibran berharap Pemerintah Kota Solo dapat menjalin kerja sama yang baik dengan seluruh anggota DPRD.
Baca Selengkapnya4 Wajah Lama Ini Kembali Muncul dalam Bursa Bakal Calon Gubernur Pilkada 2024
6 hari lalu
Sejumlah nama bakal calon gubernur di Pilkada 2024 sudah mulai bermunculan, termasuk 4 wajah lama ini. Siapa saja mereka?
Baca SelengkapnyaPembatasan Kendaraan di UU DKJ, DPRD DKI: Sesuatu yang Harus Dikaji Lagi
7 hari lalu
Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta mendesak untuk melakukan kajian yang matang sebelum menerapkan kebijakan pembatasan kendaraan pribadi sesuai UU DKJ.
Baca SelengkapnyaPakar Sebut Ahok Masih Berminat Maju di Pilkada Jakarta, Apa Alasannya?
7 hari lalu
Ahok akan bersaing dengan sejumlah nama populer dalam Pilkada Jakarta 2024.
Baca SelengkapnyaAhok Masuk Bursa Cagub DKI dari PDIP Selain Risma, Andika Perkasa, dan Basuki Hadimuljono
9 hari lalu
PDIP mulai menjaring empat nama yang akan menjadi calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta. Lantas, siapa saja bakal cagub DKI Jakarta yang diusung PDIP?
Baca SelengkapnyaMK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya
10 hari lalu
Bawaslu minta jajarannya menyiapkan alat bukti dan kematangan mental menghadapi sidang sengketa Pileg di MK.
Baca SelengkapnyaSelain Galih Loss, Ini Daftar Kasus Dugaan Penistaan Agama di Indonesia
12 hari lalu
Kasus yang menjerat Galih Loss menambah daftar panjang kasus penistaan agama di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMantan Napi Korupsi Melenggang Menjadi Anggota Dewan: Nurdin Halid dan Desy Yusandi
38 hari lalu
ICW temukan 56 mantan napi korupsi ikut dalam proses pencalonan anggota legislatif Pemilu 2024. Nurdin Halid dan Desy Yusandi lolos jadi anggota dewan
Baca Selengkapnya