JPO Ambruk, Kisah Tragis Ulang Tahun Aisyah Ke-8
Editor
Suseno TNR
Minggu, 25 September 2016 17:46 WIB
TEMPO.CO, Depok - Air mata Darso, belum mengering dari matanya. Pria 55 tahun itu berusaha tabah melepas kepergian istri dan cucunya. Sri Hartati, 52 tahun, dan Aisyah Zahra Rahmadhani, 8 tahun, tewas dalam musibah ambruknya jembatan penyeberangan di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu, 24 September 2016.
Darso mengatakan mereka berada di Pasar Minggu untuk bertemu dengan anak perempuannya, Oktavia Haryani. Oktavia tinggal di tempat penampungan tenaga kerja wanita di Pasar Minggu karena sebentar lagi akan diberangkatkan ke Taiwan.
Oktavia adalah ibu dari Aisyah dan adiknya, Abbiyu Alfaiq. Perempuan 29 tahun menjadi orang tua tunggal setelah bercerai dengan suaminya empat tahun lalu. Dia memutuskan untuk menjadi tenaga kerja wanita agar bisa membiayai kebutuhan hidup dua anaknya. "Kami berangkat ke Pasar Minggu berlima, Sabtu pagi," kata Darso saat ditemui di kediamannya, Gang Damai Cagar Alam RT 5 RW 6 Pancoranmas, Depok, Ahad, 25 September 2016.
Baca juga:
Aryani Mengaku Dilempar Setrika, Inilah Reaksi Mario Teguh
Mengejutkan Gadis Ini Brkedip Setelah 300 Tahun Kematiannya
Meski berangkat bersama, Darso tidak berjalan seiring dengan istrinya dan dua cucunya. Dia diboceng sepeda motor oleh anak laki-lakinya. Sedangkan Sri Hartati naik kereta Commuter Line dari Stasiun Depok Baru bersama Aisyah dan Abbiyu.
Menurut Darso, Jumat lalu, usia Aisyah genap delapan tahun. Bocah itu menuntut hari ulang tahunnya dirayakan bersama ibunya. Karena itulah mereka mendatangi Oktavia di Pasar Minggu. "Aisyah sangat senang bisa bertemu ibunya," kata Darso.
Selanjutnya: pusa bercengkerama...
<!--more-->
Setelah puas bercengkerama dengan Oktavia, Darso mengajak istri dan cucu-cucunya pulang ke Depok. Saat itu langit mendung. Karena itu Darso meminta anak lelakinya mengantar Sri Hartati, Aisyah, dan Abiyyu ke Stasiun Pasar Minggu. Dia sendiri menunggu giliran dijemput.
Tiba di stasiun, hujan deras turun. Sri Hartati buru-buru turun dari sepeda motor dan mengajak kedua cucunya berteduh. Sedangkan anak laki-lakinya kembali ke tempat penampungan untuk menjemput Darso.
Hujan bertambah deras disertai angin kencang. Darso yang diboncengi sepeda motor oleh anaknya, memutuskan untuk menyusul Sri Hartati ke stasiun. Namun, jalan mendadak macet. Darso melihat ada jembatan penyeberangan yang ambruk. "Tapi, saya tidak menyangka kalau istri dan cucu saya berada di sana dan menjadi korban," katanya.
Baca: Ini Penyebab Robohnya JPO di Pasar Minggu
Karena itu, setelah sampai di Stasiun Pasar Minggu, Darso berkeliling mencari istri dan cucunya. Beberapa kali dia menghubungi telepon genggam istrinya tapi tak kunjung dijawab. Sedangkan anak laki-lakinya telah pulang seorang diri ke Depok dengan sepeda motor.
Cukup lama Darso bolak-balik di sekitar stasiun. Tidak berapa lama telepon genggamnya berbunyi. Orang yang berada di ujung telepon mengaku dari rumah sakit. "Saya ditelepon, istri saya masih hidup dan kritis dirawat di Rumah Sakit Pasar Minggu," katanya. Sri Hartati dikabarkan menderita luka berat di kepala dan tulang punggungnya patah.
Setibanya di rumah sakit, Darso langsung terhenyak. Petugas medis mengatakan nyawa istrinya tidak bisa diselamatkan. Dia semakin terpukul setelah mengetahui kedua cucunya juga menjadi korban. Aisyah meninggal seketika sedangkan Abiyyu dalam kondisi kritis.
IMAM HAMDI
Baca juga:
Awas, Tiga Jebakan Ini Bisa Sebabkan Ahok Keok di Pilkada!
Mengejutkan Gadis Ini Brkedip Setelah 300 Tahun Kematiannya