RSPI Sulianti Saroso Jamin Stok Obat Anti Difteri Aman
Reporter
M Rosseno Aji
Editor
Clara Maria Tjandra Dewi H.
Selasa, 19 Desember 2017 07:42 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso Rita Rogayah mengatakan stok obat difteri alias anti-difteri serum (ADS) masih aman. Dia tidak menyebutkan jumlah serum anti-difteri yang dimiliki rumah sakit. Namun dia mengatakan Kementerian Kesehatan telah menjamin ketersediaan serum tersebut jika rumah sakit memerlukan.
“Selama ini kebutuhan serum dipasok oleh Kemenkes. Kemenkes telah menjamin ketersediaan serum tersebut,” kata dia di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta, Senin, 18 Desember 2017.
Rita menuturkan hanya pasien yang sudah positif mengidap difteri yang mendapatkan serum tersebut. Sehingga penggunaannya harus didahului diagnosa laboratorium untuk memastikan kondisi pasien. “Sejauh ini kami telah mengaplikasikan serum difteri kepada 102 pasien,” kata dia.
Baca: Pasien Difteri di RSPI Sulianti Saroso Terus Bertambah
Dokter Khusus Anak RSPI Sulianti Saroso Desrinawati mengatakan pemberian serum anti-difteri sangat penting untuk pengobatan awal pasien. Dia mengatakan bakteri penyebab difteri mengeluarkan racun yang menyerang jantung dan saraf pasien.
Serum tersebut, kata dia, bekerja dengan cara mengikat racun yang diproduksi bakteri difteri. “Jadi kami beri ADS dulu untuk mengikat racun tersebut,” kata dia dalam kesempatan yang sama.
Setelah diberi serum, Desrinawati mengatakan pasien difteri selanjutnya mengkonsumsi antibiotik. Perawatan untuk pasien dengan antibiotik membutuhkan waktu sepuluh hari.
Baca: Pasien Difteri Terus Bertambah, RSPI Kekurangan Ruang Isolasi
Pasien difteri yang dirawat di rumah sakit Sulianti Saroso terus meningkat. Pada Jumat pekan lalu, jumlah pasien difteri yang dirawat di RSPI Sulianti Saroso mencapai 73 orang. Rita menuturkan saat ini rumah sakit tengah merawat 98 pasien difteri.
Dari jumlah itu, penderita difteri anak dan remaja usia 1 hingga 18 tahun yang dirawat di RSPI Sulianti Saroso mencapai 65 orang. Sementara pasien dewasa berjumlah 33 orang. Seluruh pasien merupakan pasien rujukan yang berasal dari Jakarta, Banten, Bogor, Bekasi dan Bandung.