TEMPO.CO, Jakarta - PT Mass Rapid Transit ( MRT ) Jakarta berencana menggelar leadership survey untuk menghitung potensi penumpang moda transportasi ini. Rencana survey sudah disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham tahunan, beberapa waktu lalu. “Survey akan di submit pada tanggal 5 April,” kata Direktur Utama PT Mass Rapid Transit Jakarta William Sabandar di Wisma Nusantara, Jalan Thamrin, Jakarta Pusat Rabu 21 Maret 2018.
Menurut William, hasil survey itu nantinya akan menjadi rujukan untuk menentukan tarif yang akan dikenakan kepada penumpang. “Rancangan tarif itu namanya tarif komersial yang akan diserahkan kepada pemerintah dan dibahas,” katanya. “Nanti baru ditentukan berapa subsidinya.”
Selain masalah tarif, kata William, manajemen juga sudah membahas rute Blok M- Jakarta Kota. Sebab rute ini sudah dilayani oleh bus Transjakarta. “Kami sudah duduk bersama dengan PT Transjakarta untuk membicarakan ini,” katanya. “Dewan Transportasi Jakarta yang menjadi fasilitarot.”
William mengatakan, pemerintah Provinsi DKI menginginakan ada intregrasi antarmoda transportasi. Karena itu PT MRT dan PT Transjakarta diharapkan bisa saling bersinergi. “Kalau bicara rute-rute itu, baik MRT atau Transjakarta akan disubsidi,” ujarnya.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno sebelumnya mengatakan, Japan Internasional Cooperation Agency (JICA) menyaranakan kepada pemerintah untuk mengubah rute Transjakarta koridor Blok M- Kota. Perubahan ini untuk menghindari tumpang tindih pelayanan angkutan massal di suatu kawasan. Rencana Transjakarta akan dijadikan feeder untuk MRT. “Kami akan atur nanti rutenya akan saling menunjang,” katanya.
Ihwal pembahasan subsidi untuk MRT Jakarta, kata Sandiaga, akan ditetapkan pada akhir 2018. Sedangkan pengoperasian MRT baru dilaksanakan pada 2019.