TEMPO.CO, Jakarta - Bangga dan terharu. Begitulah yang saya dan empat teman jurnalis lainnya rasakan ketika menjadi orang pertama yang memasuki kereta mass rapid transit (MRT) Jakarta di pabriknya, Nippon Sharyo Toyokawa Plant, Aichi, Jepang.
"Bangga menjadi bagian dari sejarah perkeretaapian Indonesia, khususnya persiapan operasional MRT," kata Helena Fransisca Nababan, salah satu rombongan kami, saat menginjakkan kaki ke dalam kereta pada Kamis, 29 November 2017.
Kursi penumpang di kereta MRT Jakarta yang diproduksi Nippon Sharyo Toyokawa Plant, Aichi, Jepang, 29 November 2017. FOT: Dokumentasi Nippon Sharyo
Kereta tersebut berbahan dasar stainless steel dan memiliki usia hingga 30 tahun. Bagian luar, khususnya pintu, diberi garis warna biru muda dan biru laut. Warna senada juga dipakai untuk interior kereta. Warna biru muda pada tempat duduknya dan warna putih pada panel dinding. Tempat duduknya berbahan fibre reinforced plastic agar lebih mudah dibersihkan.
BACA: Kereta MRT Jakarta Berjalan Tanpa Pengemudi, Ini Teknologinya
Menurut Manager Plant Nippon Sharyo Hiroyuki Idei, pembuatan kereta MRT Jakarta ditargetkan selesai pada 16 Desember 2017. "Pada Januari 2018, enam (gerbong) kereta akan dikirim ke Indonesia," tutur Hiroyuki pada saat menemani kami berkeliling di pabrik.
Hiroyuki menjelaskan bahwa perusahaannya memproduksi 96 kereta atau 16 set rangkaian kereta untuk MRT Jakarta fase I koridor selatan-utara (Lebak Bulus-Bundaran HI). Satu rangkaian kereta memiliki kapasitas 1.850 penumpang.
Baca juga: Untuk Bangun Fase II, MRT Butuh Aturan Kelola Bawah Tanah DKI
Setiap kereta memiliki lebar 2,9 meter, tinggi 3,6 meter, dan panjang 20 meter, dengan pintu darurat berada di masing-masing ujung dari rangkaian. Saat dioperasikan nanti, kereta dapat melaju dengan kecepatan maksimum 100 kilometer per jam di jalur layang, dan 80 kilometer per jam di bawah tanah.
Proyek MRT Jakarta ditargetkan selesai pada 2018 dan beroperasi mulai Maret 2019. Saat ini sedang dikerjakan MRT jalur selatan-utara fase I (Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia) sepanjang 16 kilometer. Secara keseluruhan, progresnya mencapai 78,01 persen dengan nilai investasi Rp 14 triliun.
"Saya pastikan tidak akan mangkrak,” ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Mal Central Park pada Kamis, 6 Oktober 2017.
Interior kereta MRT Jakarta yang diproduksi Nippon Sharyo Toyokawa Plant, Aichi, Jepang, 29 November 2017. FOTO: Dokumentasi Nippon Sharyo
Kembali ke pabrik MRT, ternyata desain kepala kereta MRT Jakarta berubah. Sebelumnya, desainnya sempat menjadi kontroversi di publik karena disebut mirip jangkrik. Dari yang sebelumnya didominasi warna hijau, kini menjadi biru laut dan hitam sehingga terlihat lebih modern.
Corporate Secretary PT MRT Jakarta Tubagus Hikmatullah menjelaskan, setiap warna pada kereta tersebut memiliki filosofi tersendiri. Pada bagian dalam kereta yang didominasi warna biru dan putih memiliki konsep seperti air dan riaknya. "Memberi gambaran tentang perairan Indonesia," ucapnya.
Baca juga: Kabar Terkini Proyek MRT, Sistem Persinyalan Rampung Tahun Depan
Secara keseluruhan desain MRT Jakarta dibuat agar memudahkan para penggunanya. Misalnya, pegangan tangan di depan tempat duduk mudah dipegang penumpang selama perjalanan. Posisi gantungan tali ini, menurut Tubagus, sedikit lebih tinggi di area utama penumpang dan lebih rendah di bagian prioritas.
Bentuk panel yang merupakan dasar desain interior juga menambah kesan santai.
Panelnya mudah dibersihkan selama perawatan. Lantai kereta MRT juga dibuat anti-slip dan memiliki chip berwarna gelap yang bisa mengkamuflase jika kotor. Pada saat rombongan mengunjungi pabrik MRT Jakarta, lantai kereta masih berupa papan kayu yang belum dipoles. Sejumlah alat perkakas bangunan juga tampak berserakan.
Keren deh, kereta MRT Jakarta kita.