Udara Jakarta Buruk Saat Asian Games? Ini Penjelasan BMKG

Reporter

Imam Hamdi

Editor

Ali Anwar

Minggu, 19 Agustus 2018 13:39 WIB

Suasana langit di dekat Stadion Gelora Bung Karno yang penuh dengan polusi udara di Jakarta, 27 Juli 2018. Menjelang berlangsungnya Asian Games 2018, masih banyak pekerjaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membenahi Jakarta. Salah satunya masalah polusi udara. REUTERS/Beawiharta

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) unjuk komentar terhadap pemberitaan dua media asing --yang dalam beberapa waktu terakhir sampai penyelenggaraan Asian Games 2018-- tentang buruknya kualitas udara di Jakarta. Kondisi ini dikhawatirkan berdampak buruk bagi atlet Asian Games 2018.

Baca juga: Anies Baswedan Lepas Bantuan Warga Jakarta untuk Lombok

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan tudingan buruknya kualitas di Jakarta, tidak benar. Menurut Dwikora, Indonesia sudah sering dituding sebagai negara yang paling emisif gas rumah kacanya di dunia.

"Namun penilaian dan penelitian lembaga ternama lainnya maupun data real GRK terukur di lapangan pun membantah tudingan itu," kata Dwikora melalui keterangan tertulis, Sabtu, 18 Agustus 2018.

Pada 17 Agustus 2018, Al Jazeera menurunkan berita berjudul “Air pollution welcomes athletes in Jakarta for Asian Games“. Dalam berita bahkan menyatakan bahwa tingkat polusi udara di Jakarta telah meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir.

Advertising
Advertising

"Dengan mengacu pada standar WHO, ada pihak-pihak yang mengatakan bahwa beberapa hari tingkat polusi udara Jakarta lebih buruk daripada Beijing, RRC," ujar Dwikora.

Pemberitaan BBC Indonesia juga menyebut demikian. Bahkan, BBC Indonesia menulis menjelang Asian Games 2018, Jakarta jadi kota berpolusi udara paling parah di dunia.

Sebelumnya, pada 2004 Reuters menurunkan tulisan yang menyebut Indonesia sebagai negara emitter atau penyumbang emisi terbesar ketiga dunia karena deforestasi, degradasi lahan gambut dan kebakaran hutan.

Tulisan tersebut didasarkan pada laporan penelitian yang dibuat oleh sebuah lembaga konsultan penelitian lingkungan Indonesia yang mendapat sponsor dari Bank Dunia dan British Development Arm.

Pada 10 tahun kemudian, 2014, World Resources Institute (WRI) masih menempatkan Indonesia dalam urutan keenam yang menyumbang 4 persen dari total kumulatif emisi GRK dunia periode 1990-2011. Perhitungan total kumulatif GRK itu sudah menyertakan perubahan guna lahan dan kehutanan.

Namun pada 2017, sebuah penelitian terbaru oleh Boden dkk yang berjudul National CO2 Emissions from Fossil-Fuel Burning, Cement Manufacture, and Gas Flaring yang diterbitkan oleh Carbon Dioxide Information Analysis Center, Oak Ridge National Laboratory, U.S. Department of Energy ternyata tidak menyertakan Indonesia di dalam 6 enam negara emitter dunia terbesar.

Adapun negara penyumbang emisi dunia yang disebutkan oleh study tersebut diantaranya: Cina, Amerika Serikat, Uni Eropa, India, Federasi Rusia dan Jepang.

Senada dengan paper ilmiah tersebut, laporan Climate Change Performance Index pada 2018 juga mengeluarkan Indonesia dari 10 besar penyumbang emisi terbesar dunia. Lembaga tersebut menempatkan Indonesia di ranking 14.

"Indonesia masih diklasifikasikan sebagai negara berkinerja rendah di tahun 2018 ini sebab tren masa lalu dan status emisi GRK per kapita saat ini dinilai masih sangat rendah," ujarnya.

Secara bukti data pun, hasil pengukuran GRK di Bukit Koto Tabang selama 14 (empat belas) tahun terakhir sejak tahun 2004, laju kenaikan CO2 di Indonesia adalah 1,94 ppm, tidak setinggi konsentrasi hasil pengukuran di Stasiun GAW Mauna Loa (USA), bahkan masih dibawah kenaikan rata-rata global sebesar 2,08 ppm.

Menurut Dwikora, tuduhan polusi Jakarta terparah di dunia itu berbeda dengan apa yang dirilis The New York Times, pada Juni 2017. Saat itu, The New York Times menulis bahwa ranking 10 negara terburuk dalam hal polusi, adalah Cina, Amerika Serikat, India, Rusia, Jepang, Jerman, Iran, Arab Saudi, Korea Selatan dan Kanada,

Penelitian terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang kota-kota yang paling tercemar di dunia pun menunjukkan, dari 10 kota paling tercemar di dunia, sembilan di antaranya ada di India, dan satu di Cameroon.

"Jakarta atau Indonesia sendiri tidak termasuk di dalam negara-negara yang dirilis WHO dari paparan polusi udara dan dampak kesehatan," ucap Dwikora. Dengan demikian, Asian Games 2018 udara di Jakarta cukup aman untuk atlet.

Berita terkait

Masuk Awal Kemarau, Suhu Panas di Indonesia Masih Siklus Normal

12 menit lalu

Masuk Awal Kemarau, Suhu Panas di Indonesia Masih Siklus Normal

BMKG memastikan suhu panas di Indonesia masih bagian dari kondisi tahunan, seperti kemarau, bukan akibat heatwave.

Baca Selengkapnya

Selalu Disebut Dalam Prakiraan Cuaca BMKG, Apa Beda Hujan Ringan, Sedang, dan Berat?

47 menit lalu

Selalu Disebut Dalam Prakiraan Cuaca BMKG, Apa Beda Hujan Ringan, Sedang, dan Berat?

BMKG memprakirakan kondisi cuaca suatu area berdasarkan data numerik. Hujan ringan, sedang, dan lebat dibedakan berdasarkan intensitas airnya.

Baca Selengkapnya

Prakiraan Cuaca BMKG: Cuaca Jakarta Waspada Potensi Hujan Disertai Petir

1 jam lalu

Prakiraan Cuaca BMKG: Cuaca Jakarta Waspada Potensi Hujan Disertai Petir

Prakiraan cuaca BMKG memperkirakan cuaca Jakarta hari ini cerah berawan dan hujan ringan. Sebagian wilayah waspada potensi hujan disertai petir.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

7 jam lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Hawa Panas di Indonesia Menurut BMKG

14 jam lalu

Fakta-fakta Hawa Panas di Indonesia Menurut BMKG

Menurut Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, fenomena hawa panas memiliki karakteristik yang berbeda dan tak memenuhi kriteria sebagai gelombang panas.

Baca Selengkapnya

BMKG Jelaskan Heatwave di Asia dan Suhu Panas Maksimum di Sumatera Utara

16 jam lalu

BMKG Jelaskan Heatwave di Asia dan Suhu Panas Maksimum di Sumatera Utara

Fenomena gelombang panas (heatwave) seperti yang baru saja membekap wilayah luas di daratan Asia terjadi karena terperangkapnya udara panas

Baca Selengkapnya

BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Sejumlah Perairan Indonesia

17 jam lalu

BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Sejumlah Perairan Indonesia

Masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada.

Baca Selengkapnya

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

23 jam lalu

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Peringatan Dini BMKG: Sejumlah Provinsi Berpotensi Hujan Lebat Disertai Petir

23 jam lalu

Peringatan Dini BMKG: Sejumlah Provinsi Berpotensi Hujan Lebat Disertai Petir

Potensi hujan signifikan terjadi karena kontribusi dari aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial.

Baca Selengkapnya

Di Daratan Asia Gelombang Panas, BMKG: Indonesia Suhu Panas Biasa

1 hari lalu

Di Daratan Asia Gelombang Panas, BMKG: Indonesia Suhu Panas Biasa

Suhu panas muncul belakangan ini di Indonesia, setelah sejumlah besar wilayah daratan benua Asia dilanda gelombang panas (heat wave) ekstrem.

Baca Selengkapnya