Terdakwa musisi Ahmad Dhani berbincang dengan aktivis sosial, Ratna Sarumpaet, sebelum menjalani sidang lanjutan dugaan ujaran kebencian, yang akhirnya ditunda, di Pengadilan Jakarta Selatan, Senin, 13 Agustus 2018. Sidang ini akhirnya ditunda lantaran jaksa penuntut umum (JPU) gagal mendatangkan saksi ahli. TEMPO/Nurdiansah
TEMPO.CO, Jakarta - Musikus juga calon anggota legislatif (caleg) DPR RI Ahmad Dhani masih mempertanyakan berita bohong alias hoax yang diciptakan dan disebar Ratna Sarumpaet. Dia memilah antara kebohongan kepada Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan kepada publik lewat jumpa pers Rabu 3 Oktober 2018 lalu.
Menurut Ahmad Dhani, kebohongan Ratna Sarumpaet bisa saja yang diungkapkannya ke media dalam jumpa pers tersebut bahwa lebam di wajah akibat operasi plastik. Ahmad Dhani yang kini kader Gerindra tidak yakin rekannya itu berbohong kepada Prabowo.
Ahmad Dhani dan Ratna Sarumpaet pernah bersama menuntut mantan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dipenjarakan atas tuduhan menista agama Islam. "Yang mana yang berbohongnya? Itu kan ada dua. Antara yang dikatakan kepada Bapak Prabowo atau dalam jumpa pers. Bingung antara keduanya itu,” kata Ahmad Dhani di sela persidangan perkara ujaran kebencian di Pengadilan Jakarta Selatan, Senin 8 Oktober 2018.
Dalam pengakuan yang diberikannya di muka publik, Ratna Sarumpaet menyatakan kabar penganiayaan yang dialaminya di Bandung, 21 September 2018, adalah bohong. Dia menyampaikan permintaan maafnya terutama kepada Prabowo Subianto.
Seperti diketahui kabar penganiayaan itu telah disebarluaskan oleh rekan dan tokoh politik di kubu Prabowo Subianto sebagai capres dalam Pilpres 2019. Prabowo sendiri telah menyampaikan maaf karena telah ikut menyebarluaskan hoax Ratna Sarumpaet itu.
Prabowo Bentuk Presidential Club, Pengamat Sebut Ada Ketegangan dalam Transisi Kepemimpinan
55 menit lalu
Prabowo Bentuk Presidential Club, Pengamat Sebut Ada Ketegangan dalam Transisi Kepemimpinan
Pengamat politik menilai, gagasan Presidential Club Prabowo mungkin saja hasil dari melihat transisi kepemimpinan Indonesia yang seringkali ada ketegangan.