BNN Teliti Air Rebusan Pembalut 5 Merek, Hasilnya?
Reporter
M Julnis Firmansyah
Editor
Zacharias Wuragil
Sabtu, 10 November 2018 12:16 WIB
Jakarta - Badan Narkotika Nasional (BNN) langsung meneliti air rebusan pembalut wanita setelah heboh kabar semakin banyak dan luas remaja yang menggunakannya untuk mabuk. BNN menggunakan lima merek pembalut yang dibeli secara acak untuk penelitian di laboratoriumnya itu.
Baca berita sebelumnya:
Polisi Sebut Mabuk Pembalut Karena Kandungan Zat Ini
Hasilnya, dipastikan air rebusan pembalut wanita tak mengandung zat narkotika maupun psikotropika. Hasil laboratorium menduga pengguna mengaku mabuk bukan karena kandungan dalam pembalut atau air rebusannya. "Perasaan ngefly lebih karena sugesti si pengguna," ujar Kepala Humas BNN Suliandri melalui pesan singkat, Sabtu 11 November 2018.
Sulis, panggilan Suliandri, menjelaskan pembalut dari lima merek dibeli secara acak. "Hasilnya semuanya negatif, tidak ada yang mengandung narkotika maupun psikotropika," kata Sulis lagi.
Tempo menengok kembali pemberitaan Februari 2018, saat mabuk pembalut di Karawang, Jawa Barat, viral di media sosial. Saat itu disebutkan kalau air rebusan pembalut diramu dengan obat-obatan tertentu seperti obat kuat dan batuk.
Baca:
Remaja Mabuk Pembalut Viral dari Karawang? Simak Kisah Ini
Saat itu diberitakan praktik terjadi di Kecamatan Lemahabang, Tempuran, dan Telagasari. Alasan para remaja karena harga minuman keras mahal. "Kami mengimbau orang tua untuk mengawasi dan waspada. Kami masih akan telusuri informasi tersebut," kata Kepala Polres Karawang Ajun Komisaris Besar Hendy Febrianto Kurniawan saat itu.
<!--more-->
Direktur Reserse Narkoba Polda Jawa Barat Komisaris Besar Enggar Pareanom memberi keterangan berbeda ketika mengimbau masyarakat tidak menenggak air hasil rebusan pembalut wanita. Menurut dia, efek yang dihasilkan dari meminum air rebusan pembalut itu bukan hanya pusing tapi bisa membahayakan organ dalam. Itu karena kandungan zat klorin.
Baca juga:
Heboh Remaja Mabuk Pembalut, KPAI : Coba-coba Supaya Fly
"Dan klorin itu memang menyebabkan mabuk tapi sangat berbahaya," katanya sambil menambahkan, "Jangan coba-coba ya."
Sedang Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan prihatin dengan semakin meningkatnya praktik remaja yang disebut 'bereksperimen' dengan psikotropika tersebut. KPAI menerima laporan kasus dari berbagai daerah di Indonesia, bukan hanya Karawang, Jawa Barat.
"Laporan sudah masuk dari beberapa provinsi," kata Komisioner Bidang Kesehatan dan NAPZA di KPAI, Sitty Hikmawatty, Jumat 9 November 2018.