40 Persen Warga DKI Belum Dapat Air Bersih, Aetra Butuh Rp 14 T

Senin, 12 November 2018 12:18 WIB

Petugas PAM Jaya mengecek saluran air di lokasi kebakaran permukiman kawasan Taman Kota, Kembangan, Jakarta, 31 Maret 2018. Pemprov DKI Jakarta memastikan kebutuhan dasar korban kebakaran tersebut terpenuhi sandang, pangan dan air bersih. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

TEMPO.CO, Jakarta - PT Aetra membutuhkan investasi Rp 14 triliun untuk meningkatkan cakupan jaringan air bersih di DKI Jakarta. Peningkatan layanan air bersih di DKI Jakarta tak hanya menjadi pekerjaan rumah pemerintah, tetapi operator air yang ada di Ibu Kota.

Baca: Ini Sebab DKI Krisis Air Bersih Menurut Anies Baswedan

Hingga saat ini, cakupan jaringan di DKI Jakarta saat ini baru berkisar 60 persen. Masih ada 40 persen kelompok masyarakat yang belum bisa mendapatkan akses air bersih.

Presiden Direktur PT Acuatico Air Indonesia Ivy Santoso mengatakan pihaknya membutuhkan dana yang cukup besar untuk meningkatkan cakupan air bersih di wilayah konsesi, yaitu sebagian wilayah Utara dan seluruh wilayah Timur Ibu Kota.

"Kalau menargetkan pelayanan hingga 100 persen, untuk wilayah Aetra saja butuh sekitar Rp 14 triliun," katanya, Minggu 11 November 2018.

Dibantu petugas kepolisian petugas pengelolaan air bersih Aetra, melakukan sidak terhadap rumah warga yang melakukan pencurian air. Tanjung Priok, Jakarta Utara, 19 Maret 2015. TEMPO/Dasril Roszandi

Dia menuturkan investasi tersebut termasuk penambahan kapasitas produksi air bersih, perbaikan jaringan pipa eksisting, serta penambahan jaringan baru di wilayah yang belum dijangkau perpipaan.

Advertising
Advertising

Menurut Ivy, peningkatan jangkauan air menjadi 100 persen membutuhkan waktu setidaknya 7-10 tahun dari sekarang. Selain besarnya nilai investasi yang dibutuhkan, ada beberapa hal yang menghambat operator untuk berekspansi, khususnya terkait teknik di lapangan.

"Kalau di Jakarta itu wilayahnya sudah padat penduduk dan bangunan. Kalau kami mau bangun pipa baru atau rehabilitasi pipa lama mau tak mau harus berkoordinasi dengan banyak pihak, termasuk pemerintah dan pengelola gedung atau jaringan lain," ujarnya.

Selain itu, hal lain yang menjadi tantangan yakni ketersediaan air baku untuk diolah operator. Pasalnya, tugas Aetra saat ini mengolah serta membersihkan air baku yang ada di sungai-sungai di Jakarta. Untuk melaksanakannya, Aetra perlu berkoordinasi dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan institusi lain.

"Aliran air baku yang ada sekarang pun tidak cukup jika kami harus menjangkau pipanisasi hingga 100 persen di Ibu Kota," tambahnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Operasional PT Moya Indonesia Joedi Herijanto mengatakan pihaknya merencanakan penambahan produksi 5.000 liter/detik untuk empat kota, yaitu DKI Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Semarang Barat.

Sejumlah murid Sekolah Dasar ikuti wahana permainan air di Instalasi Pengelohan Air (IPA) PT. Aetra Air Jakarta, Jakarta, 31 Maret 2015.TEMPO/Dasril Roszandi

Moya Indonesia merupakan induk usaha Aetra Air Jakarta. Dia menyebutkan total belanja modal (capital expenditure) yang harus dirogoh perusahaan.

"Untuk penambahan 5.000 liter/detik butuh capex yang cukup besar sekitar Rp 5 triliun-Rp 6 triliun," jelasnya.

Dia menuturkan Moya Indonesia sebagai operator pengelola air bersih harus bekerja sama dengan pemerintah daerah sekaligus perusahaan daerah air minum (PDAM) di masing-masing wilayah. Hal itu terkait dengan hak konsesi sekaligus zonasi yang diberikan untuk dikelola.

Baca: Anies Sebut 12 Tahun Tak Ada Penambahan Pipa Air, Aetra Kaget

Jodie memberi contoh pemerintah memberikan tiga zona di Tangerang, Banten untuk dikelola oleh operator air bersih. PT Moya Indonesia melalui Aetra Air Tangerang mengelola di satu kawasan. "Awalnya, cakupan air bersih biasanya mulai di 40 persen-60 persen. Setelah itu, kami coba kembangkan hingga mencapai 100 persen dalam waktu 5 tahun," katanya.

Berita terkait

Ketua DPRD DKI Jakarta Dorong Pembangunan Rusun Mix Use Development

2 hari lalu

Ketua DPRD DKI Jakarta Dorong Pembangunan Rusun Mix Use Development

Ketua DPRD DKI Prasetyo Edi Marsudi mengatakan pembangunan rumah susun dapat mengatasi daerah kumuh di Jakarta.

Baca Selengkapnya

AHY Gambarkan Nasib Jakarta setelah IKN Beroperasi

3 hari lalu

AHY Gambarkan Nasib Jakarta setelah IKN Beroperasi

Menteri Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan gambaran kondisi Jakarta setelah IKN beroperasi sebagai ibu kota negara.

Baca Selengkapnya

Riwayat Jakarta dari Berstatus Ibu Kota Negara DKI Jakarta Kemudian Hanya Daerah Khusus Jakarta

3 hari lalu

Riwayat Jakarta dari Berstatus Ibu Kota Negara DKI Jakarta Kemudian Hanya Daerah Khusus Jakarta

Sejak abad ke-16, Kota Jakarta telah mengalami berbagai perubahan dan perkembangan hingga secara resmi berubah menjadi DKI Jakarta, terakhir DKJ.

Baca Selengkapnya

Ketua DPRD DKI Singgung Pemprov dalam Atasi Masalah Jakarta: Program Kurang Maksimal akan Saya Coret

4 hari lalu

Ketua DPRD DKI Singgung Pemprov dalam Atasi Masalah Jakarta: Program Kurang Maksimal akan Saya Coret

DPRD DKI menyinggung program Pemprov DKI untuk mengatasi banjir dan kemacetan, salah satunya sumur resapan.

Baca Selengkapnya

Kata Anggota DPRD soal Dinas Dukcapil DKI Jakarta akan Hapus NIK Nonaktif

5 hari lalu

Kata Anggota DPRD soal Dinas Dukcapil DKI Jakarta akan Hapus NIK Nonaktif

Dukcapil DKI Jakarta telah mengumumkan bahwa sebanyak 92.432 NIK akan dinonaktifkan karena berbagai faktor.

Baca Selengkapnya

Bank DKI Setor Dividen Sebesar Rp 326,4 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

8 hari lalu

Bank DKI Setor Dividen Sebesar Rp 326,4 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI menyumbang dividen terbesar bagi Provinsi DKI Jakarta, jumlahnya mencapai Rp 326,44 miliar.

Baca Selengkapnya

10 Ribu Perempuan di Jalur Gaza Tewas dalam Serangan Israel

10 hari lalu

10 Ribu Perempuan di Jalur Gaza Tewas dalam Serangan Israel

Ada lebih dari 10 ribu perempuan di Jalur Gaza tewas akibat enam bulan serangan Israel yang melelahkan.

Baca Selengkapnya

Sampah di Jakarta, Sebelum dan Setelah Lebaran

11 hari lalu

Sampah di Jakarta, Sebelum dan Setelah Lebaran

DLH DKI Jakarta mengangkut sampah yang dilakukan selama periode tujuh hari sebelum hingga hari kedua Lebaran 2024

Baca Selengkapnya

Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

11 hari lalu

Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

Berdasarkan pantauan pada pukul 05.35 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 151.

Baca Selengkapnya

BMKG: Jakarta Selatan dan Timur Berpotensi Hujan dan Angin Kencang pada Senin Sore

14 hari lalu

BMKG: Jakarta Selatan dan Timur Berpotensi Hujan dan Angin Kencang pada Senin Sore

BMKG memprakirakan seluruh wilayah DKI Jakarta berawan pada pagi hari.

Baca Selengkapnya