Grup TK Manjyaah, Ini Data Mengejutkan Pornografi Anak
Reporter
Inge Klara Safitri
Editor
Zacharias Wuragil
Jumat, 8 Februari 2019 09:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Resor Jakarta Barat menyatakan sedang mendalami keberadaan grup-grup dalam aplikasi percakapan LINE yang menyediakan jasa pornografi dan bisnis prostitusi. Satu di antara grup itu bernama TK Manjyaah yang menyediakan konten pornografi anak usia SMP dan SMA.
Baca berita sebelumnya:
Polisi Lacak Identitas Member Grup Live Show Pornografi di LINE
Polisi telah meringkus lima tersangka pengelola atau admin grup-grup tersebut. Sebagian juga disangka menjadi muncikari dari para modelnya. Bisnis prostitusi online berkembang dari jasa layanan tayangan langsung live show hubungan seks yang dikelolanya.
Seperti dikutip dari Koran Tempo di dua edisi, 7 dan 8 Februari 2019, polisi menyebut setiap grup memiliki 400-500 akun anggota. Tak terkecuali untuk TK Manjyaah yang dikelola satu tersangka berinisial SH. Total dia punya tiga grup mesum di aplikasi LINE dengan aneka layanan yang berbeda.
SH disebutkan mengumpulkan dan mempekerjakan anak-anak usia SMP dan SMA melakukan video call, phone call, dan live show yang seluruhnya porno. Grup TK Manjyaah ini tak hanya menjangkau Jakarta, melainkan Surabaya, Bandung, dan Semarang.
Baca:
Polisi: Pornografi dan Prostitusi SHOW TIME Libatkan Pelajar SMA
"Kami dalami peran para membernya juga,” ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Barat Ajun Komisaris Besar Edi Suranta Sitepu. Menurutnya, member juga bisa dijerat pidana jika didapati menyebarkan konten pornografi secara sengaja.
<!--more-->
Dalam penyidikan yang sama terungkap pula kalau anak-anak bisa terlibat dalam grup mesum lainnya. Di sana member bisa bertransaksi seksual dengan para model yang ditontonnya.
Baca berita sebelumnya:
Polisi Bongkar Sindikat Penyedia Pornografi Live Show di Line
Dalam catatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), ada 264 kasus prostitusi dan perdagangan orang yang melibatkan anak sepanjang 2018 lalu. Itu berdasarkan pengaduan yang masuk. "Anak dengan korban prostitusi sebanyak 80 kasus," kata Komisioner Bidang Trafficking dan Eksploitasi Anak Ai Maryati Solihah.
Menurut Ai, berbagai macam platform media sosial yang ada kini justru mempermudah praktik prostitusi anak. Motifnya pun secara mengejutkan juga tak lagi didominasi ajakan muncikari ataupun teman. "Gaya hidup justru lebih banyak daripada alasan ekonomi, jadi tidak ada paksaan," katanya.
Motif itu paralel dengan keterangan Edi Sitepu tentang hasil penyidikannya. Dia mengungkap pengakuan pelajar yang menjadi model porno di antara grup-grup percakapan dalam aplikasi LINE itu.
Baca:
Model Live Show Mesum Terjun ke Dunia Prostitusi Sejak 2017
“Biasanya ketika video syur dan phone sex akan berlanjut ke hubungan intim. Nah pelajar ini mengaku melakukannya karena mereka butuh uang jajan lebih,” ujarnya.