Teroris JAD Sembunyi di Bekasi, Wali Kota Rahmat Effendi: Wajar
Reporter
Adi Warsono (Kontributor)
Editor
Dwi Arjanto
Jumat, 10 Mei 2019 19:15 WIB
TEMPO.CO, Bekasi -Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri menangkap sedikitnya enam tersangka teroris di wilayah Bekasi, Jawa Barat selama lima hari, termasuk tersangka teroris JAD atau Jemaah Ansharut Daulah.
Satu diantaranya disebut tewas meledakkan diri, dan satu lain merupakan pimpinan kelompok JAD.
Baca : Teroris JAD di Bekasi, Begini Sosok Eky di Mata Tetangganya
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menilai wajar daerahnya menjadi lokasi persembunyian pelaku teroris. Sebab, wilayah yang ia pimpin adalah daerah lintasan menuju Jakarta, pusat pemerintahan Indonesia, serta dihuni oleh kaum urban.
"Kota Bekasi ini kan bagian integral regional dan nasional. Wajarlah di daerah urban, daerah lintasan ditemukan persoalan-persoalan itu," kata Rahmat Effendi di Bekasi, Jumat, 10 Mei 2019.
Berdasarkan data dirangkum Tempo, penangkapan pertama adalah SL di Babelan pada Sabtu pekan lalu, tak lama kemudian ditangkap AN di wilayah Jaka Kencana, Bekasi Selatan. Esoknya atau Ahad, Densus menangkap IF alias Samuel dan T di Jatikramat, Jatiasih.
T disebut tewas meledakkan diri ketika terpojok di gang buntu diantara rumah-rumah penduduk RT 1 RW 1, Kelurahan Jatikramat. Empat orang ini merupakan kelompok JAD Lampung yang dipimpin oleh SL.
Densus 88 Antiteror kembali menangkap dua orang pada Selasa, 8 Mei lalu. Keduanya adalah EY alias Rafli yang ditangkap di kawasan SPBU, Kalimalang. Di tempat usaha EY, Wanky Cell, polisi menemukan dua bom pipa berdaya ledak tinggi. EY disebut pimpinan JAD Bekasi, rekrutan terbarunya adalah YM yang ditangkap di Rawalumbu.
Meski demikian, Rahmat berujar, aparat dinilai bergerak lebih cepat dari pelaku teroris yang ditangkap.
Simak juga :
Pria yang Meledakkan Diri di Bekasi Jaringan Teroris JAD
"Aparat bergeraknya sangat luar biasa. Sehingga antisipasi (penangkapan) itu bisa menimbulkan rasa aman dan nyaman kepada warga masyarakat," ujar Rahmat.
Rahmat menambahkan, deteksi yang dilakukan oleh aparat Densus 88 Antiteror Polri, merupakan bagian kerja pemerintahnya.
"Pemerintah itu ada unsur Muspida (musyawarah pimpinan daerah), jadi kalau sekarang dideteksi oleh Polres, Densus, itu bagian dari deteksi pemerintah," kata Rahmat terkait penangkapan tersangka teroris JAD tersebut.