Duka Keluarga 2 Remaja Korban Rusuh 22 Mei, Identik Luka Tembak
Reporter
Inge Klara Safitri
Editor
Dwi Arjanto
Selasa, 28 Mei 2019 08:32 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Nurwasito menghela napas berat sambil menundukkan wajahnya. Air mukanya berubah. Ia mengaku tak tega, mengingat kembali luka yang dialami anaknya dalam peristiwa rusuh 22 Mei 2019 lalu.
Warsito adalah ayah Adam Nooryan, salah seorang dari delapan korban tewas dalam kerusuhan yang mengoyak Jakarta pada 21-22 Mei lalu.
Baca juga :
Nurwasito menuturkan anaknya tewas dengan tiga luka seperti bekas tembakan di punggung. Salah satunya tembus hingga ke dada.
Dia tak bisa menerka apakah luka tersebut karena peluru karet atau peluru tajam. "Kalau dokternya bilang itu peluru. Ditembak dari jarak dekat," katanya saat ditemui di rumahnya di Jembatan Lima Tambora, Jakarta Pusat, Senin 27 Mei 2019.
Sang ayah tak pernah menduga bahwa Selasa malam lalu merupakan saat terakhirnya bertemu dengan Adam, 19 tahun. Sang anak mengatakan ingin ikut aksi damai di depan gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) pada 22 Mei, keesokan harinya.
"Pulang kerja, dia masih sempat ngobrol sama saya, lalu tidur," kata Nurwasito, mengenang perpisahan pada malam itu. Sehari-hari, Adam bekerja sebagai barista di sebuah kedai kopi di kawasan Pluit, Jakarta Utara.
Sekitar pukul 03.00 WIB, saat hendak makan sahur, Nurwasito tak menemukan Adam di kamar tidurnya. Ternyata Adam pergi tak lama setelah dihubungi oleh seseorang. "Saya dengar dia angkat telepon dari rekannya sekitar pukul 01.00," ujar Yuliana, ibu Adam.
Dinihari itu, Yuliana sempat menghubungi Adam melalui aplikasi pesan pendek. Saat itu, Adam mengaku tengah berada di Tanah Abang. "Lalu, sekitar pukul 04.30 saya dapat telepon dari Rumah Sakit Tarakan," ujarnya.
<!--more-->
Adam meninggal di Rumah Sakit Tarakan. Menurut dokter, luka pada tubuh Adam berbentuk bulat, diduga bekas tembakan peluru karet. Meski penasaran dengan penyebab kematian anaknya, Nurwasito dan Yuliana menolak jasad Adam diautopsi. Mereka menyerahkan segala proses pengusutan kepada kepolisian.
Selain menangani Adam, Rumah Sakit Tarakan sempat menangani korban tewas lainnya, Widiyanto Rizky Ramadhan, 17 tahun. Rizky diduga menjadi korban penembakan di Masjid An Nur, Petamburan, Jakarta Barat, pada 22 Mei lalu.
Liani, tante Rizky, bercerita bahwa pada Selasa malam itu, 21 Mei lalu, keponakannya meminta izin kepada neneknya untuk “berjihad” di depan kantor Bawaslu. Sehari-hari, Rizky tinggal bersama neneknya di Jalan Haji Rausin Nomor 54, RT 2 RW 1, Palmerah, Jakarta Barat.
Sang nenek sebetulnya telah melarang Rizky ikut unjuk rasa. Namun murid kelas sebelas sebuah sekolah menengah kejuruan negeri itu pergi diam-diam setelah salat subuh. "Dia pergi dengan teman-temannya, masih tetangga," kata Liana, kemarin.
Sekitar pukul 07.30 WIB, datang satu teman Rizky ke rumah. Dia mengabarkan bahwa Rizky tertembak. Anggota keluarga yang tak bisa menghubungi telepon seluler Rizky pergi ke sejumlah rumah sakit untuk membuktikan kabar tersebut. Sampai akhirnya mereka menemukan Rizky di RS Tarakan.
Benar saja, Rizky telah tewas dengan luka di bagian leher. "Mana peluru bohongan, peluru karet? Itu ponakan saya kena tembak di leher, meninggal," ujar Liana, kesal. Ia berharap penyebab kematian keponakannya itu diusut tuntas. Jenazah Rizky telah menjalani autopsi untuk memastikan penyebab kematiannya.
Baca juga :
Kepala Rumah Sakit Polri, Brigadir Musyafak, mengatakan ada empat jenazah korban kerusuhan 22 Mei yang diautopsi. Korban tersebut datang dari tiga rumah sakit yang berbeda, dari RS Angkatan Laut Mintohardjo 1 jenazah, RS Pelni 2 jenazah, dan RS Dharmais 1 jenazah.
"Semua sudah selesai diautopsi dan sudah dikembalikan ke keluarganya," ujar Musyafak, kemarin. Namun ia enggan menjabarkan hasil autopsi keempat korban tersebut.
INGE KLARA | LANI DIANA