Pengunjung mengamati display di Museum Sumpah Pemuda di Jakarta, Ahad, 28 Oktober 2018. Museum ini memiliki koleksi foto dan benda-benda yang berhubungan dengan sejarah Sumpah Pemuda 1928, serta kegiatan-kegiatan dalam pergerakan nasional kepemudaan Indonesia. TEMPO/Muhammad Hidayat.
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengusulkan kepada Gubernur DKI Anies Baswedan agar menjadikan Mohammad Tabrani sebagai nama jalan di Jakarta. Tabrani adalah penggagas Bahasa Indonesia.
"Selain gelar pahlawan nasional, kami juga mengusulkan agar nama Mohammad Tabrani jadi nama jalan di Jakarta. Kami sudah sampaikan pada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan," kata Kepala Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kemendikbud, Prof Dadang Sunendar, saat ziarah di TPU Tanah Kusir, Jakarta, Kamis 18 Juli 2019.
Sebelumnya, Kemendikbud telah mengubah nama salah satu gedungnya dari Samudra menjadi Mohammad Tabrani.
Kemendikbud juga berencana mengusulkan Mohammad Tabrani sebagai pahlawan nasional. Usulan ini akan segera disampaikan ke Kementerian Sosial. Kemendikbud sedang melengkapi bukti-bukti dari ahli waris karena pengusulan nama pahlawan harus berdasarkan bukti akurat.
Kemendikbud telah menelusuri peran Mohammad Tabrani hingga ke kampung asalnya di Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Dia lahir di Pamekasan pada 10 Oktober 1904. Ia merupakan Ketua Kongres Pemuda I yang berlangsung di Solo pada 1926. Ia juga seorang wartawan yang mulai bekerja pada harian Hindia Baru.
Dalam kolom "Kepentingan" yang ia asuh di lembaga pers itu, pada tanggal 10 Januari 1926, dimuatlah tulisan dengan judul "Kasihan". Tulisan itu muncul sebagai gagasan awal untuk menggunakan nama Bahasa Indonesia.
Ketika itu, Tabrani menyebut bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan bangsa. Konsep kebangsaan yang muncul dari gagasan M Tabrani tersebut merujuk pada kondisi nyata keberagaman manusia yang masih bersifat kedaerahan/kesukuan dan masih mengutamakan kepentingan suku atau pun daerahnya masing-masing sebagaimana terbentuknya organisasi-organisasi pemuda pada masa itu.
Dalam Kongres Pemuda I tersebut, Tabrani berbeda pendapat dengan Mohammad Yamin yang ingin menggunakan Bahasa Melayu. Menurut Tabrani pada saat itu, jika sudah mempunyai Tanah Air Indonesia, Bangsa Indonesia maka bahasa yang dipakai seharusnya juga Bahasa Indonesia.
Dadang meminta kepada Anies agar nama Mohammad Tabrani bukan untuk nama jalan yang kecil, melainkan jalan yang besar. Alasannya, jasa Tabrani juga besar bagi persatuan Indonesia. "Kalau bisa di dekat Museum Sumpah Pemuda mengingat perannya dalam Kongres Pemuda," katanya.