Polusi Udara di Cakung, Pengusaha Minta Waktu Stop Bakar Arang

Reporter

Imam Hamdi

Jumat, 13 September 2019 14:11 WIB

Lokasi pembakaran arang dan aluminium di Jalan Cakung Drainase, Cilincing, Jakarta Utara, Jumat, 13 September 2019. Lokasi ini dikeluhkan masyarakat sebabkan polusi udara sejak lama. TEMPO/Lani Diana

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak puluhan industri rumahan pembakaran arang di kawasan Cakung, Jakarta Utara, meminta waktu sebulan untuk beralih profesi menjadi penyalur. Solusi ini disepakati setelah Pemerintah DKI Jakarta menindaklanjuti keluhan polusi udara dari warga lainnya di wilayah itu.

"Pemerintah Wali Kota Jakarta Utara dan jajarannya telah menindaklanjuti dan membahas aduan masyarakat terkait pencemaran udara akibat asap itu," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih mengungkapkan melalui keterangan tertulisnya, Jumat, 13 September 2019.

Pada 21 Agustus lalu, kata dia, Camat Cilincing dan Satuan Pelaksana Lingkungan Hidup Cilincing telah mengadakan rapat koordinasi dengan para pengusaha industri rumahan tersebut. Hasilnya, kata dia, para pengusaha menyanggupi penghentian kegiatan pembakaran arang dan juga aluminium.

"Mereka akan beralih profesi menjadi penyalur arang dari luar kota," ujarnya.

Pemilik usaha meminta waktu selama satu bulan untuk menyelesaikan pesanan dan kewajiban usahanya. Sementara, mereka bersedia hanya melakukan pembakaran pukul 18 sampai 06 setiap harinya.

Advertising
Advertising

"Apabila ada laporan pengaduan warga terkait pencemaran kegiatan usaha pembakaraan arang dan alumunium kembali akan dilakukan kajian ulang atas kesepakatan tersebut," kata Andono.

Dinas Lingkungan Hidup menghitung ada 25 industri rumahan yang mencemari lingkungan di sekitar Jalan Inspeksi Cakung Drain, Cilincing, Jakarta Utara, itu. Jumlah tersebut terdiri dari 23 pembakaran arang dan dua peleburan alumunium.

Mereka seluruhnya beroperasi 24 jam per hari dan asap sisa pembakarannya sudah dikeluhkan warga sejak lama. Andono mengungkap hasil pengukuran kualitas udara di sekitar lokasi pembakaran arang dan peleburan logam tersebut pada 25-26 Mei 2016. Saat itu sudah didapati kalau parameter NO2 dan H2S melebihi baku mutu.

Paparan NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit pada manusia, kata dia, bisa menyebabkan kesulitan dalam bernapas. Sedangkan, H2S menyebabkan bau yang mengganggu kenyamanan lingkungan. "Kondisi sekarang polutannya masih sama," kata Andono tentang polusi udara yang terjadi.

Berita terkait

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

2 hari lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

3 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

4 hari lalu

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

5 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

5 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

6 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

10 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

16 hari lalu

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.

Baca Selengkapnya

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

38 hari lalu

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

Studi ini mengeksplorasi hubungan antara paparan polusi cahaya pada malam hari dengan potensi risiko kesehatan otak dan stroke.

Baca Selengkapnya

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

53 hari lalu

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

Startup BiruLangit dari unit inkubasi Bandung Technopark Telkom University mengembangkan alat pemantau udara Low-Cost Sensors (LCS)

Baca Selengkapnya