Plot Bom di 7 Pusat Bisnis, Abdul Basith: Ini Keteledoran Saya
Reporter
Lani Diana Wijaya
Editor
Zacharias Wuragil
Selasa, 8 Oktober 2019 21:06 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dosen pengajar di Institut Pertanian Bogor (IPB) namun telah diberhentikan sementara, Abdul Basith, mengaku tak tahu-menahu soal rencana pembuatan bom ikan dan meledakkannya di sejumlah pusat bisnis di Jakarta. Kepada Tempo, dia menyatakan mendapat kesan menjadi orang yang dikorbankan.
"Kalau ada andil saya, itu cuma memberikan bensin tiga liter dan (tumpangan) tempat tinggal," ucapnya saat ditemui di Polda Metro Jaya pada 2 Oktober 2019.
Abdul mengungkapkan kalau rencana 'membuat letusan dan ledakan' dibahas dalam sebuah rapat di rumah mantan Danjen Kopassus Soenarko di Ciputat, Tangerang Selatan, pada 20 September 2019. Kepada Majalah Tempo, Soenarko, telah membantah pernyataan Abdul Basith itu dengan menyatakan pertemuan silaturahmi biasa dengan tetamu. "Ini biasa dilakukan kepada setiap tamu yang datang ke tempat saya," ujar Soenarko.
Saat itu, menurut Abdul, hadir 15 orang yang tak seluruhnya dikenal sang dosen. Di antaranya, disebutkan Abdul, adalah Laode Sugiono yang menyanggupi menyiapkan bahan peledak.
Laode menghadiri pertemuan bersama Mulyono Santoso. Abdul mengaku baru kenal keduanya di pertemuan tersebut. Adapun pembahasan menyiapkan peledak didiskusikan di meja melingkar di mana Abdul mengaku tak dilibatkan di sana.
Abdul pun mengaku tidak tahu kalau rumahnya di Pakuan Regency Linngabuana, Margajaya, Bogor Barat, bakal dipakai sebagai tempat merakit bom atau peledak tersebut. Mulanya, dia mengisahkan, seorang bernama Riawan mengirim pesan Whatsapp mengabarkan kalau ada sekelompok orang dari Buton, Sulawesi Tenggara, akan tiba di Jakarta pada Selasa malam, 24 September 2019. Tujuan mereka untuk berdemonstrasi.
<!--more-->
Kepada Abdul, Riawan menanyakan apakah ada rumah yang bisa menampung massa tersebut. Abdul menawarkan tinggal di rumahnya yang memiliki dua lantai. Menurut Abdul, ada satu kamar besar kosong. "Rumah saya besar, ini mungkin keteledoran saya," kata Abdul.
Massa belakangan diketahui berjumlah empat orang. Mereka lalu menginap di rumah Abdul. Keesokan harinya, 25 September, mereka bersama Sugiono membeli bahan peledak, salah satunya minuman dalam kemasan botol. Mereka lantas menyatukan material itu menjadi bom ikan berisikan paku.
Abdul lagi-lagi mengaku tak tahu-menahu soal rencana pembuatan bom ikan.
Dia meminta Riawan untuk segera menjemput keempatnya. Meski begitu, Abdul sempat memberikan tiga liter bensin, salah satu bahan peledak.
Abdul juga mengatakan tidak mengetahui eksekutor yang ditunjuk menempatkan bom di tujuh titik pusat bisnis Jakarta. Menurutnya, Riawan yang membahas siapa eksekutornya. Lalu Sugiono berperan membawa bahan peledak pada Kamis pagi, 26 September 2019.
Pada 28 September, pensiunan Laksamana TNI AL Sony Santoso, juga seorang dosen, kemudian meminta Abdul datang ke rumahnya untuk membahas demonstrasi. Rumah Sony beralamat di Taman Royal 2 Cipondoh, Kota Tangerang. Di sinilah mereka diringkus polisi.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono sebelumnya mengatakan Abdul Basith disangka berperan sebagai penyedia dana untuk mendatangkan perakit bom ikan dari Papua dan Ambon. Sangkaan semakin berat karena polisi mengumpulkan 29 bom ikan dari rumahnya di Bogor.